dokumentasi asuhan kebidanan

Teknik dan Model Pendokumentasian

Data subyektif : data yang diperoleh dari keterangan keluarga dan pasien

Data obyektif : data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan

TEKNIK DOKUMENTASI

Narative

Þ Pendekatan tradisional

Þ Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan kejadian/kronologi

Yang perlu diperhatikan

1. Pakai terminologi yang sudah lazim dipakai

(ex. Pengkajian, perencanaan, diganosa, evaluasi dll)

2. Dalam pencatatan perhatian langkah-langkah kumpulan data subjektif –objektif. Kaji kebutuhan pasien dan tentukan diagnosa dan prognosa kemudian buat rencana asuhan/tindakan dengan memberi batasan waktu untuk mencapai hasil yang diprediksi.

3. Tulis prediksi/sempurnakan dan rencana asuhan sebagai bagian dari catatan anda.

4. Buat penilaian anda secara periodik dan monitor kondisi fisik dan psikologis pasien.

5. Catat semua pernyataan/evaluasi.

Flow Sheet ¦ berupa tabel

Flow sheet dapat digunakan untuk mendokumentasikan

1. Activity of Daily Living (ADL) ¦ kebiasaan sehari-hari

2. Vital sign

3. Keseimbangan cairan

4. Observasi

5. Pemberian obat-obatan

Keuntungan :

1. Meningkatkan kualitas yang

2. Mudah dibaca

3. Pendokumentasian kebidanan > tepat

4. Perbandingan data dari beberapa kkt dapat ditingkatkan

5. Membatasi tulisan secara narasi yang lama

Kerugian :

1. Kemungkinan terjadi duplikasi dari dokumentasi

2. Medical record menjadi lebih luas

3. Design formal ¦ mungkin ada form yang tidak diinginkan

Prognosa : perkiraan

Design follow sheet/check list

Tidak ada standar peraturan dalam pembuatan formal

Design yang baik harus ada instruksi/kunci

Element pada flow sheet/check list

1. Kolom dengan ruang untuk menempatkan tanda dan inisial orang yang melaksanakan.

2. Ada ruang untuk nama pasien, hari, bulan, tahun, tanda tangan.

3. Ada judul

4. Penggunaannya biasa pada pengkajian

Petunjuk penggunaan flow sheet

1. Lengkap format gunakan check (Ö) atau cross (x)/lingkaran.

2. Pertahankan agar letak flow sheet pada kondisi yang tepat.

3. Bubuhkan tanda tangan.

4. Tulis tanggal, waktu pemasukan data

MODEL DOKUMENTASI

1. Model Narative

Catatan dalam bentuk cerita untuk menggambarkan keadaan pasien

Keuntungan :

Sudah dikenal oleh semua bidan/nakes.

Mudah dikombinasikan dengan cara dokumentasi lainnya.

Bila ditulis dengan tepat dapat mencakup seluruh keadaan pasien

Mudah ditulis.

2. Model Orientasi Masalah

POR (Problem Orientasi Record)

Diperkenalkan oleh dr. Lowrence (1969)

Berisi dokumen masalah pasien dan intervensi pemecahannya

Digunakan oleh para dokter dikembangkan di dunia keperawatan/kebidanan dalam bentuk POR yang merupakan dokumentasi multidisuplimer

Setelah 20 tahun sistem ini dikembangkan langsung menjadi sistem SOAP Nakes

S Subjektif : data dari pasien (riwayat, biodata)

O Objektif : hasil pemeriksaan fisik

A Analisis/Assesment/Diagnosa

P Planning : pelaksanaan intervensi craluasi implemen

Adapun yang menggunakan sistem SOAP PIE

S : Subjetif

O : Objektif R : Reassasment/Reevaluasi

A : Analisa D : Dokumentasi ¦ kesimpulan

P : Perencanaan

I : Implementasi

E : Evaluasi

Keuntungan :

Terstruktur karena informasi konsisten

Mencakup semua proses perawatan

Merupakan catatan terintegrasi dengan medik

Mudah dipakai untuk mengendalikan mutu

Kekurangan :

Menekankan pada masalah dan ketidakstabian dapat menghasilkan suatu pendekatan secara negatif terhadap pengobatan/tindakan.

Sistem ini setelah digunakan apabila dapftar tidak dimulai/tidak berkesinambungan/diperbarui terus menerus belum disetujui/tidak ada batas waktu untuk evaluasi dan strategi untuk follow up belum disepakati.

Perawatan mungkin tidak tercatat bila tidak ada flow sheet.

Bentuk SOAPIER mungkin mengulang pencatatan yang lain apabila perkembangan itu lambat dan sering ada evaluasi

Komponen Metode POR :

1. Data dasar

Identitas

Keluhan utama

Riwayat penyakit

Riwayat kesehatan

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan lab

2. Daftar masalah

Dapat berupa sebuah tanda gehala hasil lab yang abnormal masalah psikologis dll.

3. Rencana

Disesuaikan dengan prioritas masalah

4. Ditatar perkembangan pasien

Secara berkesinambungan

Berupa uraian

5. Catatan setelah pulang (Discharge Note)

Pengobatan yang diberikan

Kebiasaan perawatan

Tindakan keperawatan

Kebiasaan perawatan diri

Jarang/fasilitas pendukung

Pola hidup dan dukungan religius

Kelemahan Model naratif :

Tidak berstruktur, data simpang siur

Memerlukan banyak waktu

Terbatas pada kemampuan perawat mengungkapkannya

Informasi sulit untuk pengendalian mutu

Seorang ibu PP 3 hari yang lalu mengeluh sakit dan berat pada payudara, badan menggigil, bayi belum menyusu. Hasil pemeriksaan TD 110/70 mmHg, S : 38 oC, N : 86 x/mnt, k : 24 x/mnt

· Langkah I

Ibu PP 3 hari

Dt S : mengeluh sakit dan berat pada payudara, badan menggigil, bayi belum menyusu.

Dt O : TD 110/70 mmHg, S : 38 oC, N : 86 x/mnt, R : 23 x/mnt

Px khusus : palpasi payudara

· Langkah II

Ibu PP 3 hari, mastitis, abses –

· Langkah III

Abses payudara, antisipasi : breastcare, kompres hangat, pemberian parasetamol 500 mg, penggunaan BH yang menyangga payudara.

· Langkah IV

Kolaborasi dengan dokter

· Langkah V

  1. Menjelaskan keadaan kesehatan dan akibat mastitis
  2. Menjelaskan cara dan keuntungan breast care
  3. Menjelaskan terapi pada mastitis
  4. Menjelaskan pencegahan masitis
  5. Menjelaskan cara menyusui bayi dengan benar
  6. Membuat perjanjian untuk kunjungan ulang berikut

· Langkah VI

  1. Memantau tanda abses payudara setelah kunjungan.
  2. Kolaborasi dengan dr. obgyn
  3. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
  4. Menjelaskan tindakan yang harus dilakukan
  5. Menjelaskan cara dan keuntungan breat care
  6. Menjelaskan cara mencegah mastitis
  7. Menjelaskan cara menyusui bayi dengan benar
  8. Mendorong ibu untuk terus menyusui bayinya
  9. Merencanakan kunjungan ulang

· Langkah VII

  1. Ibu mendapat pengobatan dari dokter
  2. Ibu dan keluarganya memahami kondisinya
  3. Ibu dan keluarganya memahami tanda/bahaya abses payudara
  4. Ibu dan keluarganya mengetahui cara menyusui bayi dengan benar
  5. Ibu dan keluarganya mengetahui perlunya breast care

* Bu Heni

PRINSIP PENDOKUMENTASIAN KEBIDANAN

A. Proses Penatalaksanaan Kebidanan

Penatalaksanaan kebidanan yaitu proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode, untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan ketrampilan, dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 1997).

Penatalaksanaan kebidanan terdiri beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, langkah tersebut membutuhkan kerangka yang lengkap bisa diaplikasikan dalam situasi.

Alur pikir bidan Š Pencatatan Askeb

Œ Œ

Proses manajemen kebidanan Pendokumentasian Askeb

Œ Œ

7 langkah data SOAP NATES

Subjektif

Objektif

Proses tersebut terdiri 7 langkah :

  1. Mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan.
  2. Menginterpretasikan data untuk identifikasi diagnosa/masalah.
  3. Mengidentifikasikan dx/masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
  4. Menetapkan kebutuhan klien/terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan nakes lain dirujukan.
  5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional. Berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
  6. Mengevaluasi asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali pelaksanaan proses untuk aspek-aspek asuhan yang efektif.

Meskipun proses tersebut 7 langkah, namun bersambungan dan berulang ¦ hubungan yang dinamis.

B. Medode Pendok, SOAP

Merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan digunakan dalam dokumen pasien dalam rekam medis sebagai catatan kemajuan.

S : Subjektif, apa yang dikatakan klien

O : Objektif, apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan dalam pelaksanaan

A : Analisa kesimpulan apa yang disebut dari data S dan O

P : Planning apa yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi

WHY disebut sistem pendokumentasian :

  1. Pendokumentasian SOAP merupakan kemajuan informasi yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan menjadi suatu rencana asuhan.
  2. Merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebid dengan tujuan menyediaan dan dokumen asuhan.
  3. Merupakan urut-urutan yang dapat membantu mengorganisir pikiran dan memberikan asuhan yang menyeluruh.

SOAP

Adalah catatan sederhana, jelas, logis dan tertulis, antepartum, 1 x SOAP dalam 1 kunjungan intra partum 7 SOAP.

Untuk menggambarkan keterkaitan antar manajemen kebidanan sebagai pola pikir dan pendok sebagai catatan

Alur pikir bidan Š Pencatatan Askeb

Œ Œ

Proses manajemen kebidanan Pendokumentasian Askeb

Œ Œ

7 langkah data SOAP NATES

Subjektif

Objektif

Masalah Dx

Antisipasi masalah pot Assesment

Kebutuhan segera

Implementasi Plan

Evaluasi

Proses penatalaksanaan kebidanan Varney 7 langkah :

Þ Sebagai kerangka pikir bidan dalam proses pemecahan masalah berdasarkan teori ilmiah tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan

Mengumpulkan data

Evaluasi Asuhan Interpretasi data

Dx/masalah

Pelaksanaan Asuhan Ident Dx/masalah potensial

Menyusun rencana Menetapkan keb, konsul, kolaborasi asuhan dengan nakes lain

METODE DOKUMENTASI SOAP

S : Apa yang dikatakan klien

O : Apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan saat px

A : Assement/analisa : kesimpulan apa yang dibuat dari data S dan O

P : Plan apa yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi tersebut

Konsul, tes dx rujukan, konseling follow up

Contoh Kasus I :

Ibu A usia 22 tahun hamil 1 datang ke klinik karena hamil merasakan terlambat haid ± 3 bulan, ia mengatakan sangat letih, mual dan muntah sesekali, sering BAK mengaku sudah imunisasi TT

S : tidak haid ± 8 bulan terakhir, mengeluh sakit kepala, muntah sesekali, sering kencing, sudah imunisasi TT.

O : belum ada px lab, px fisik normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi perkiraan haid terakhir 3 bulan.

A : umur 22 tahun G1 dengan anggapan sudah hamil selama 12 minggu, rasa mual, muntah telah diimunisasi TT

P : Asuhan rutin yi untuk kunjungan antenatal I px lab, zat besi, konseling

Kaji ulang tanda-tanda bahaya

Kontrol 8 minggu lagi

Contoh kasus II

Ibu x datang ke klinik untuk kunjungan antenatal I. Bagaimana penatalaksanaan kebidanan ?

· Langkah I

Umur 20 tahun G1 hamil 30 mh HPHT 22-3-2004

HPL : 29-12-2004

Data S : mengeluh keluar cairan <<<>

O : Px fisik, TD : 140/90 kaki oedem prot (+)

Px khusus : Leopold

· Langkah II

G1 Po Ao kehamilan 30 minggu janin hidup dengan PER

· Langkah III

PEB, antisipasi : pemantauan TD, oedem, gejala pusing berat dan menetap nyeri epigastrium

· Langkah IV

Kolaborasi dengan dokter

· Langkah V

1. Menjelaskan tentang keadaan kesehatan dan akibat PER

2. Menjelaskan cara mengontrol gerakan janin

3. Menjelaskan kebutuhan nutrisi (TKTP)

4. Menjelaskan tanda-tanda bahaya yang akan timbul

5. Menjelaskan tanda-tanda persalinan dan persiapan

6. Menjelaskan PH

7. Membuat perjanjian untuk kunjungan ulang berikut

· Langkah VI

1. Memantau tanda PEB pada setiap kunjungan

2. Kolaborasi dengan dr. obgyn

3. Menjelaskan tentang keadaan kesehatan

4. Menjelaskan bahaya PEB terhadap ibu dan janin

5. Menerangkan cara menghitung gerakan-gerakan janin

6. Menjelaskan kebutuhan nutrisi

7. Menjelaskan tanda-tanda bahaya dan menjelaskan

8. Merencanakan kunjungan ulang

9. Menjelaskan tanda persalinan dan persiapan

· Langkah VII

1. Ibu mendapat pengobatan dari dokter

2. Ibu dan keluarga memahami kondisinya

3. Ibu dan keluarga memahami bahaya PEB

Kasus IV

So ibu 45 tahun hamil 9 bulan, anak ke-8 merasakan mules sejak ± 2 jam yang lalu. Ibu menyatakan lemes, hasil px fiisk : TD 90/60 mmHg, N : 82 x/menit, R : 18 x/menit, DJJ + 136 x/mnt, his lemah 2 x/10’, TFU : 30 cm, preskep, kcp msk PAP H II Æ 2 cm.

· Langkah I

Ibu umur 45 taun G8 P7 Ao hamil 36 minggu HPHT 6-12-2003

HPL 23-9-2004

Data S : merasa mules sak ± 2 jam, lemes

O : Px fisik : TD fisik : TD 90/60, N : 82 x/mnt, R 18 x/mnt, DJJ + 136 x/mnt, his lemah 2x/10’, TFU 30 cm, preskep, kpl msk PAP H II Æ 2 cm.

Px khusus : Leopold

· Langkah II

G8 P7 Ao hamil 36 minggu janin 1 hidup intra uterin dengan inersia uteri

· Langkah III

Perdarahan, antisipasi : pemantauan TD, kontraksi uterus

· Langkah IV

Kolaborasi dengan dokter

· Langkah V

1. Menjelaskan tentang keadaan kesehatan ibu dan janin

2. Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya yang akan timbul

3. Menjelaskan akibat inersia uteri

4. Menjelaskan persiapan persalinan yang harus dilakukan

5. Menjelaskan perlunya ibu melahirka di RS

· Langkah VI

1. Memantau TD dan kontraksi uterus

2. Menjelaskan keadaan kesehatan

3. Menjelaskan bahaya perdarahan terhadap ibu dan janin

4. Menjelaskan tanda-tanda bahaya yang akan timbul

5. Baringkan ibu miring ke kiri, jika mungkin naikkan kedua kaki ibu

6. Pasang infus

7. Rujuk ibu ke RS dan dampingi ibu ke tempat rujukan

8. Kolaborasi dengan dr. Obgyn

· Langkah VII

1. Ibu mendapat pengobatan dari dokter

2. Ibu + keluarga memahami kondisinya

3. Ibu + keluarga memahami bahaya dan tanda perdarahan

4. Ibu dan bayi yang dilahirkan selamat

PENDEKATAN TRADISIONAL/SOR (Source Oriented Record)

Adalalah suatu cara mendokumentasikan dalam bentuk narasi mengenai keadaan pasien secara singkat dan jelas

Keuntungan :

Lebih mudah dilakukan

Waktu yang digunakan lebih singkat

Kekurangan :

Sulit menemukan spesifikasi masalah

Tidak tampak respon pasien/klien

Kadang-kadang tidak relevan/tepat

Kadang-kadangpun tidak si dengan kerangka

Komponen-komponen dalam SOR :

1. Adminission sheet/kartu masuk

nama no cm, jenis kelamin

umur, status, pekerjaan

2. Lembar instruksi dokter

Catat tentang perintah-perintah dokter, tanggal, waktu, terapi-terapi khusus dan tanda tangan

3. Kartu grafik/pencatatan

Pengamatan yang berulang dan pengukuran

4. Lembar riwayat medik

Semua pengamatan, observasi tentang kondisi pasien yang dibuat oleh dokter

5. Catatan perawatan

Narasi tentang perawatan

6. Catatan pengobatan

Semua pengobatan, tanggal, jam dan tanda tangan

7. Lembar khusus/lap lainnya

Catatan dari semua disiplin kesehatan, radiologi, konsultasi, lab, inform consent

Charting By Exception (CBE)

Dimulai sejak tahun 1983 di St. Luke Medikal Center in Milkwankee

Format CBE

1. Data dasar (riwayat dan px fisik)

2. Intervensi flow sheet

3. Grafik record

4. Catatan bimbingan pasien

5. Catatan pasien plg

6. Format catatan perawatan (menggunakan format SOAPIER)

7. Daftar diagnosa

8. Diagnosa dengan standar rencana tindakan perawatan dasar

9. Profil perawatan dasar dengan sistem kardeks

KARDEKS

Merupakan pendokumentasian tradisional dipergunakan diberbagai sumber mengenai informasi pasien yang disusun dalam suatu buku.

Informasi yang terdapat dalam kordeks :

1. Data pasien

2. Diagnosa kebidanan

3. Pengobatan sekarang/yang sedang dilakukan

Kelemahan :

1. Diisi tidak lengkap

2. Tidak cukup tempat/ruang dalam memasukan data yang diperlukan

3. Tidak up to date

KOMPUTERISASI

Keuntungan :

Lebih mudah dibaca

Kemungkinan salah/kelupaan lebih sedikit dengan kata lain ketepatan pencatatan lebih tinggi karena secara otomatis komputer memanggil semua data yang ada bila ada hal yang tidak sji dengan yang terprogram

Hemat waktu dan biaya (bila sistem itu sudah berjalan)

Pelayanan pasien bisa lebih cepat karena banyak pesanan dapat disampaikan lewat komputer dan komunikasi antar unit bisa dipantau lewat sarana komputer

Meningkatkan komunikasi antar tim petugas kesehatan

Lebih memudahkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan peningkatan mutu

Kekurangan :

Kurang terjaminnya kerahasian pasien

Tidak semua institusi dan petugas siap untuk komputerisasi dan perlu latihan khusus untuk sistem komputerisasi

Modal awal sangat tinggi dan menuntut keahlian khusus untuk menciptakan programnya dan perangkat komputer yang dibutuhkan

Ketergantungan kepada alat/teknolohi tinggi

Ada perbandingan khusus untuk keperluan alat/unit komputer dan jumlah pasien (10-15 bed/terminal komputer)

Metode Pendokumentasian

SOAPIER

SOAPIE

SOAPIED

SOAP NOTES

Metode Pendokumentasian SOAPIE

Konsep SOAPIER

S : Data subjektif

Catatan ini berhubungan masalah dengan sudut pandang pasien

Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sehingga kutipan langsung/ringkasan yang berhubungan dengan dx (data primer)

Pada bayi/anak kecil data subjektif ini dapat diperoleh dari orang tuanya (data sekunder)

Data subjektif menguatkan dx yang akan dibuat

O : Data objektif

Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan dx

Data yang digolongkan dalam kategori ini, antara lain

Data psikologik

Hasil observasi yang jujur

Informasi kajian teknologi (hasil px lab, Ro, CTG, USG dll)

Ada pendapat yang memasukan laporan dari keluarga juga masuk kategori ini

Apa yang dapat diobservasi oleh bidan/perawat akan menjadi komponen penting dari dx yang akan ditegakan

A : Analisa/Assesment

Masalah/dx yang ditegakan berdasarkan data/informasi subjektif maupun data/informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan dan disimpulkan

Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses analisa adalah segala proses yang dinamik

Sering menganalisa Š penting !

Mengikuti perkembangan pasien dan menjamin segala perubahan baru dapat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.

P : Planning : perencanaan

Membuat perencanaan tindakan saat itu/yang akan datang untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin/menjaga/mempertahankan kesejahteraannya

Proses ini termasuk kriteria tujuan terdiri dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu

Tindakn yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatannya x/ proses pslnnya dan harus mendukung rencana dokter bila itu dalam manajemen kolaborasi/rujukan

I : Implementasi

Pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah keluhan/mencapai tujuan pasien

Tindkaan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien

Œ

Pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini

Apabila kondisi pasien berubah, implementasi mungkin juga harus berubah/disesuaikan

E = Evaluasi

Tafsiran dari hasil tindakan yang telah diambil adalah penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan

Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan

Kalau kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai tujuan

R = Revisi = Re-essesment = perbaikan

Komponen evaluasi dapat menjadi petunjuk perlunya perbaikan dari perubahan intervensi dan tindakan/menunjukan perubahan dari rencana awal/perlu /kolaborasi baru/rujukan

III Mengidentifikais Dx/masala potensial dan mengantisipasi penanganan

Þ Mengidentifikasi masalah potensial berdasarka dx/masalah yang sudah diidentifikasi

Þ Langkah ini membutuhkan antisipasi jika memungkinkan dilakukan pencegahan

Þ Bidan harus waspada dan bersiap-siap mencegah Dx/masalah potensial agar tidak benar-benar terjadi.

Pada langja 3 ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskam masalah/dx potensial tetapi juga harus bisa merumuskan tindakan antisipasi agar masalah/dx potensial tidak terjadi

Merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional/logis

IV Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera

Þ Untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan nakes lain berdasarkan kondisi klien

Beberapa data mungkin mengidentifikasi yang gawat Š tindakan segera

Contoh : perdarahan kala III, distorsi bahu, asfiksia berat dsb

Contoh keadaan yang membutuhkan konsultasi/kolaborasi dengan dokter

Tanda-tanda awal

Kelainan panggul

Penyakit atg dl kehamilan

Diabetes kehamilan

V Menyusun Rencana Asuhan

Þ Direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya

Þ Merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah/dx yang telah diidentifikasi/diantisipasi

Þ Informasi daya yang tidak lengkap dapat dilengkapi

Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak yaitu bidan dan klien

Tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan s/i dengan hasil pembahasan rencana asuhan dengan klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya

VI Pelaksanaan asuhan

Þ Rencana asuhan menyeluruh (langkah kelima) dilaksanakan secara efisien dan aman

Þ Bisa dlakukan seluruhnya oleh bidan/sebagian lagi oleh klien/anggota tim kesehatan lain

Þ Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut

Penatalaksanaan yang efisien menyakut waktu dan biaya serta meningkatkann dan asuhan klien

VII Evaluasi

Þ Dilaksanakan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi s/i dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam dx dan masalah

Þ Rencana tesebut dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya

Þ Rencana yang belum efektif Š mengulang kembali di awal

Proses penatalaksanaan kebidanan merupakan langkah sistematik yang merupakan pola pikir bidan

Format Pendokumentasian

1. Ibu Hamil

Subjektif :

Biodata (nama, umur, dsb) Š nama, umur dan pendidikan

Paritas Š G P A

HPHT

Riwayat obstetri Š riwayat persalinan, haid, riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan keluarga

Data psikologis

Riwayat kehamilan sekarang Š ANC berapa kali, obat-obatan apa yang didapat

Kebiasan sehari-hari objektif

Px fisik Š kepala-kaki

Px pelvic/obstetri Š px panggul, px dalam, palpasi leopold

Px lab Š Hb, protein uri, gula darah

Px penunjang lain Š rontgen, USG

Penatalaksanaan

Kunjungan I (sebelum 14 minggu/trimester I)

Membangun hubungan selagi percaya antara petugas kesehatan dan bumil

Melakukan tindakan pencegahan seperti TT, pemberian fe, mencegah praktek tradisional yang –

Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi

Mendorong perilaku kesehatan (gizi, latihan/senam hamil > 24 minggu dan kebersihan, istirahat dsb)

Kunjungan II (trimester II/sebelum minggu ke-28)

Sama seperti kunjungan I + dengan kewaspadaan khusus mengenai PE (tanya ibu tentang gejala-gejala PE) Š pusing, pandangan kabur

Kunjungan III (trimester III/minggu ke-28-36)

Sama seperti kunjungan I dan II di+ dengan palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda

Kunjungan IV (trimester III/> 36 minggu)

Sama seperti kunjungan I, II, III ditambah dengan deteksi bayi yang tidak normal/kondisi lain yang memerlukan kelahiran di RS

Sebelum 36 minggu bayi masih mobile :

Pada tiap kunjungan lakukan konseling khusus untuk kebutuhan ibu s/i dengan masalahnya

Kehamilan dengan masalah/komplikasi Š rujuk

Menolong ibu untuk menentukan pilihan tepat untuk konsultasi (dokter, pusk, DSOG)

Kebiasaan yang tidak perlu dilakukan :

  1. Mengurangi garam untuk mencegah PE

Hipertensi bukan karena retensi garam

  1. Membatasi hubungan seksual untuk mencegah abortus dan kelahiran prematur

Dianjurkan untuk memakai kondom agar semen (mengandung prostaglandin) tidak merangsang kontraksi uterus.

  1. Pemberian kalsium untuk mencegah kram pada kaki

Kram pada kaki buka semata-mata disebabkan oleh kekurangan kalsium

  1. Membatasi makan dan minum untuk mencegah bayi besar

Bayi besar disebabkan oleh metabolisme pada ibu

2 Ibu Bersalin

Subjekktif

Umur

Gravida dan para untuk Š untuk deteksi dini komplikasi, pengawasan

Kontraksi uterus (frekuensi, durasi, intensitas)

Lokasi rasa sakit

Riwayat persalinan yang lalu (lama, penolong, BBLR, jarak persalinan tindakan persalinan)

HPHT

Bloody show

Pengeluaran air Š KPD

Objektif

Px fisik

· Vital sign

· BB

· Djj

· Kontraks uterus

· Engagement

· TBJ (TFU – 12/11) x 155

· Palpasi (Leopold)

· Edema

· Refleks

Px Pelvix (obstetri)

· Effacement dan dilatasi cx

· Posisi cx

· Bloody show

· Station Š Hodge

· Kulit ketuban

CDP tidak ada kesesuaian antara kepala bayi dengan panggul (jalan lahir)

Penanganan

Kala I

1. Membantu ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan

2. Jika ibu merasa kesakitan

Lakukan perubahan posisi

Posisi sesuai dengan keinginan ibu

Sarankan ibu untuk berjalan

Ajak orang yang menemaninya (ibu/suami) untuk memijat/menggosok punggung/membasuh mukanya diantara kontraksi

Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai keinginannya

Anjurkan teknik relaksasi

3. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil px

4. Berikan cukup minum

5. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

Kala II

Memberi dukungan terus menerus

Menjaga kebersihan diri

Menjaga kenyamanan ibu

Memberi dukungan mental untuk menurunkan kecemasan/ketakutan ibu

Mengatur posisi ibu

Menjaga kk tetap kosong

Memberi cukup minum

Menolong kelahiran janin

Kala III

Melakukan manajemen aktif kala III

Kala IV

Observasi perdarahan, TTV, kontraksi uterus + kk

Membersihkan ibu

Anjurkan ibu untuk istirahat

Membiarkan bayi pada ibu untuk disusui

Mengajarkan ibu + keluarga tentang :

Memeriksakan fundus dan masase

3 Ibu Nifas

Yang harus dikaji :

1. Catat ANC dan INC

2. Waktu persalinan Š sudah berapa hari, janin

3. TTV PP Š demam/tidak

4. Hasil px lab Š trombosit, leukosit

5. Catatan medis pasien Š riwayat persalinan lalu

6. Ambulasi

7. Ketidaknyamanan ibu (nyeri)

8. Keadaan ibu + janin

9. Perasaan ibu tentang persalinan + prosesnya

10. Perasaan ibu tentang bayinya

11. Kemauan menyusui bayinya

12. Px fisik

TTV

Tanda-tanda iritasi/infeksi

Payudara

Px adomen (kk, uterus involusi)

Lochea (warna, jumlah, bau)

Haemorrhold

Ekstrimitas (varises, edema, hormonis sign, reflek)

Tromboflebilitis Š kemerahan pada betis

Penatalaksanaan

1. Kebersihan diri

2. Istirahat

3. Latihan

4. Gizi

5. Menyusui

6. Perawatan payudara

7. Pola seksual Š bu hamil boleh melakukan seks setelah luka sembuh

8. KB

Bayi Baru Lahir

Yang harus dikaji :

1. Riwayat persalinan

2. Proses menyusui

3. Antropometri

4. Px fisik

5. Imunisasi

6. Pola tidur

7. Refleks

Penatalaksanaan

1. Identitas bayi

2. Jaga bayi agar tetap hangat

3. Kontak dini dengan ibu

4. Riwayat BB rutin BBL

TUMBANG

Yang harus dikaji :

1. Identitas anak

2. Riwayat persalinan Š vacum (kel otak)

3. Px antropometrik

BB Lk L leher

TB LD

LLA L perut

4. Px fisik

5. Px laboratorium

6. Penilaian terhadap perkembangan anak Š berdasarkan umur

Penatalaksanaan :

1. Dilakukan penanganan sesuai dengan permasalahan anak

2. Konseling dengan keluarga tentang tumbang anak

3. Menlanjutkan kunjungan bila ada kelainan

Kesehatan Reproduksi

Yang harus dikaji :

1. Identitas (umur paritas)

2. Status perkembangan

Berapa lama menikah

Berapa kali ganti pasangan

Umur saat menikah Š kurang 20 tahun (tidak sehat)

3. Riwayat K Š H. estrogen (tumor)

4. Perdarahan

5. Masa (uterus, ovarium, vag)

6. Luka/inveksi (vaginitis, erosi, porsio psb)

7. Fistula

8. Riwayat PMS

Penatalaksanaan

1. Konseling tentang penyakitnya (penyebab, jenis)

2. PAP smear

3. Merujuk ke dr. Obsgyn

4. Memberi dukungan kepada klien

Keluarga Berencana

Yang dikaji :

1. Identitas

Agama

Umur

Ras

2. Status ekonomi

3. Status pernikahan

4. Pola seksual

5. Riwayat kesehatan Š tidak boleh hamil Š penyaki jantung stadium IV

6. Px fisik

7. Px obstetri

Penatalaksanaan

1. Memberikan alternatif metode yang dibutuhkan

2. Menjelaskan efek samping dan k I masing-masing metode

3. Melibatkan suami dalam penentuan metode yang digunakan

Latihan !

1. Ibu Sofi melakukan kunjungan antenatal ketiga pada usia 31 tahun G3 P2 Ao terakhir datang 11 minggu yang lalu. Ketika ia sudah hamil (21 minggu) bayinya yang kedua lahir dengan prematur persis 1 tahun yang lalu, tetapi keadaannya baik-baik saja.

Ia mengeluh pergelangan kakinya yang bengkak dan merasa terganggu dengan rasa sakit dibagian belakang dan panas dalam TD 110/60 mmHg, Djj 140 x/menit, TFU : 31,5 cm, edema kaki positif dua-duanya. Px lab Hb : 11,5 gr %

Jawab

S : Ny. Sofi 31 tahun kunjungan ANC II

ANC 11 minggu yang lalu

Bayi yang kedua lahir prematur 1 tahun lalu, keadaannya baik-baik saja

Ia mengeluh pergelangan kakinya bengkak, rasa sakit dibagian belakang dan panas dalam

O : G3 P2 Ao hamil 32 minggu

Djj 140 x

TD 110/60 mmHg

TFU 31,5 cm

Edema kaki + dua-duanya

Px lab Hb 11,5 gr %

A : Ny. Sofi umur 31 tahun G3 P2 Ao hamil 32 minggu janin 1 hidup intra uterin dengan rasa ketidaknyamanan biasa pada kehamilan

P : Menjelaskan pada ibu bahwa ibu menderita ketidaknyamanan biasa pada kehamilan konselin gizi, higiene tubuh dan vulva

Asuhan rutin pemberian Fe 30-50 mg/hari, vitamin C dan asam folat 50 mg/hari

Anjurkan ibu berbaring meninggikan kaki untuk menghilangkan bengkak pada pergelangan kaki

Anjurkan ibu berbaring miring ke kiri untuk mengurangi rasa sakit dibagian belakang

Ny. Anna usia 26 tahun melakukan kunjungan ANC kedua hamil kedua melahirkan 1 kali 2 kali tidak pernah abortus. Dia sudah pernah melakukan kunjungan ANC I 3 bulan yang lalu usia kehamilan pada saat itu 12 minggu ia mengatakan bahwa ia baik-baik saja pembesaran perut sesuai kehamilan. Ia mengeluh sering merasa letih, pernah operasi usus buntu pada usia 17 tahun ia mengalami konstipasi dan gusi berdarah Djj 140 x/mnt, tekanan darah 160/100, 37 oC, nadi 84 x/mnt, pernafasan 16/mnt, TFU 23 cm, Hb 12 gr %, kaki eodem

Jawab

S : Ny. Anna 26 tahun mengeluh sering letih, pernah operasi usus buntu saat 17 tahun, konstipasi dan gusi berdarah, merasa baik-baik saja, ANC I 3 bulan yang lalu, hamil 2 melahirkan 1 x tidak pernah gbr

O : G2 P1 Ao hamil 24 minggu. Px fisik Djj 140 x/mnt, TD 160/100 mmHg, suhu 37 oC, N : 84 x/mnt, R : 16 x/mnt, TFU 23 cm. Px lab 12 gr %, kaki oedem, perbesarn perut sesuai untuk

A : Umur 26 tahun G2 P1 Ao hamil 24 minggu janin 1 hidup intrauterin dengan PER, konstipasi dan gusi bedarah

P : Kaji tanda-tanda bahaya kejang, perdarahan

Diit vitamin

Pemeriksaan lab : proteiniuri

Asuhan rutin, pemberian tablet fe 30-50 mg/hari, asam folat 50 mg/hari

Perencanaan kunjungan ulang

Konseling gizi, higiene

Konstipasi dan gusi berdarah Š dx nomenklatur Š RS ketidaknyamanan biasa pada kehamilan

Ny. Anna 26 tahun Š dx kebidanan

Janin 1 hidup Š dx masalah

Menjelaskan pada ibu bahwa ibu menderita PEB

Kolaborasi

Diet TKTP

Proses Penatalaksanaan Kebidanan

Proses penatalaksanaan kebidanan ada 7 langkah :

1. Pengumpulan data dasar

Þ Dikumpulkan informasi yang akurat dan lengkap dari sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien

Œ

Anmnesia

Px fisik sesuai kebutuhan dan px TTV

Px khusus

Px penunjang

Langkah I merupakan langkah awal yang menentukan langkah berikutnya

Kelengkapan data Š menentukan proses interpretasi

Œ

Valid, lengkap dan akurar

2. Interpretasi data

Þ Untuk mengidentifikasi dx/masalah

Data dasar yang dikumpulkan Š diinterpretasikan Š menemukan dx dan masalah yang spesifik

Dx Š dapat didefinisikan

Masalah Š tidak dapat didefinisikan, berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami orang yang diidentifikasi bidan sesuai dengan hasil pengkajian

Þ Masalah selagi menyertai dx

Dx kebidanan adalah dx yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan memenuhi standar nomenklatur dx kebidanan

  1. Diakui dan telah disahkan oleh profesi
  2. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
  3. Memiliki ciri khas kebidanaan
  4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan
  5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan penatalaksanaan kebidanan

Ibu Sofi melakukan kunjungan antenatal ketiga. Usia 31 tahun G3 P2 Ao, terakhir datang 11 minggu yang lalu yaitu ketika ia sudha hamil 5 bulan (21 minggu). Bayinya yang kedua lahir dengan prematur persis 1 tahun yang lalu, tetapi keadaannya baik-baik saja. Ia mengeluh pergelangan kaki yang bengkak dan merasa terganggu dengan rasa sakit dibagian belakang dan panas dalam.

TD : 110/60 mmHg

Djj : 140 x/mnt

TFU : 31,5 cm

Oedema kaki + dua-duanya

Px lab Hb 11,5 gr %

Proteinuri –

Jawab

S : Ny. Sofi 31 tahun kunjungan ANC II

Hamil ketiga, melahirkan dua kali dan tidak pernah abortus

ANC II 11 minggu yang lalu

Bayi yang kedua lahir prematur 1 tahun lalu tetapi keadaanya baik saja

Ia mengeluh pergelangan kaki yang bengkak dan merasa terganggu dengan rasa sakit dibagian belakang dan panas dalam

O : G3 P2 Ao hamil 32 minggu

Djj 140 x/mnt

TD 110/60 mmHg

TFU 31,5 cm

Oedema kaki + dua-duanya

Px lab Hb 11,5 gr %

Proteinuri –

A : Ny. Sofi umur 31 tahun G3 P2 Ao hamil 32 minggu jani 1 hidup intra uterin dengan rasa ketidaknyamanan biasa pada kehamilan

P : Menjelaskan pada ibu bahwa ibu menderita ketidaknyamanan biasa pada kehamilan

Konseling gizi, higiene tubuh dan vulva serta diet TKTP

Asuhan rutin pemberian fe 30-50 mg/hari, vitamin C dan asam folat 50 mg/hari

Anjurkan ibu berbaring meninggikan kaki untuk menghilangkan bengkak pada pergelangan kaki

Anjurkan ibu berbaring miring ke kiri dan minta keluarga memijat punggung ibu untuk mengurangi rasa sakit dibagian belakang

Ajurkan ibu minum air putih 8-10 gelas/hari untuk mengatasi panas dalam

Perencanaan kunjungan ulang

REKAM MEDIS

I. Pengertian

Þ Berkas yang berisikan catatan dan dokumentasi tentang identitas, anamnesa, px, diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien selama dirawat baik di rawat inap, rawat jalan, UGD dan klinik bersalin

Informasi harus lengkap perihal proses pelayanan medis di klinik bersalin/RS yang terjadi di masa lampau, masa kini dan diperkirakan akan terjadi di masa yang akan datang.

Þ Kelalaian dan kekeliruan dalam pengisian lembar RM Š sanksi hukum

II. Tujuan RM

Þ Untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan

Tertib administrasi merupakan fx yang menentukan dalam upaya pelayanan kesehatan dalam pendokumentasian kebidanan.

III. Kegunaan RM

Þ Dilihat dari berbagai aspek

1. Aspek administrasi

Isinya menyangkut nilai tindakan berdasarkan wewenang dan tanggungjawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

2. Aspek medis

Catatan yang ada dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien.

3. Aspek hukum

Isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadaan, dalam rangka usaha menegakan hukum serta tanda bukti untuk menegakan keadilan.

4. Aspek keuangan/ekonomi

Isinya dapat dijadikan bahan untuk menetapkan biaya

Pembayaran pelayanan di klinik/RS

Œ

Tanpa adanya bukti catatn tindakan/pelayanan, maka pembayaran tidak dapat dipertanggunjawabkan.

5. Aspek penelitian

Berisi data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidnag kesehatan.

6. Aspek pendidikan

Isinya menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien.

Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan/referensi pengajaran dibidnag profesi sebagai pemakai.

7. Aspek dokumentasi

Isinya menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahann pertanggung jawaban laporan kebidanan

Kegunaan RM secara umum

1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lainnya yang tidak ikut ambil bagian didalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kebidanan.

2. Sebagai dasar untuk merencanakan

Pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien

3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat diklinik maupun RS

4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa penelitian dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien

5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, klinik/RS maupu nakes lainnua dan dokter

6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan

7. Sebagai sumber didalam penghitungan biaya pembayaran pelayanan medis pasien

8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan

IV. Penyimpanan dokumentasi medis

USA Š 5 tahun Š rata-rata Š berkas/file Š RS, isi dokumen Š pasien

7 tahun Š cacat mental, napza

20 tahun Š kebidanan

UK Š 25 tahun Š kebidanan

Indonesia 5 tahun Š semua kasus, tidak terkecuali

Di bagian kebidanan hal penting yang harus disimpan antara lain :

Catatan tentang asuhan ibu dan bayi selama kehamilan, persalinan dan nifas termasuk semua hasil px, resep obat dan pemberiannya

Dalam lingkup RS catatan pasien dibuka untuk

  1. Meningkatkan mutu pelayanan
  2. Jaminan kesehatan/sosial (asuransi)
  3. Penagihan rekenig Š ex. Pasien melarikan diri
  4. Menjamin mutu pelayanan (quality assurance)
  5. Penelitian

Pada pemakaian RM hal-hal yang perlu diperhatikan :

  1. Pemakaian harus tepat
  2. Waktu harus tepat
  3. Relevansi bagian-bagian tertentu harus relevan
  4. Bersifat segera
  5. Informasi harus tepat

Jangka waktu izin yang diberikan

Sistem Dokumentasi Pelayanan

1. Rawat jalan

Memuat 3 kategori informasi

1) Data dasar :

· Anamnesa

· Keluhan

· Px fisik

2) Diagnosa, tindakan pengobatan, pemantauan yang diberikan

3) Pernyataan dokter

· Advis dokter seperti : istirahat, tidak boleh bekerja berat, banyak minum dll

2. Rawat Inap :

1) Data dasar

2) Diagnosa, tindakan pengobatan dan pemantauan yang dilakukan

3) Pernyataan dokter

· Waktu, tanggal

· Kondisi pasien

· Follow up

· Tanda tangan dokter

3. Kegawatdarutan

Þ Pencatatan harus teliti/akurat, singkat dan merefleksikan seluruh informasi pasien dari menit ke menit

Œ

Digunakan sebagai alat komunikasi yang utama tentang dx, pengobatan dlaam suatu lingkungan yang rumit bagi nakes.

Karena di UGD mempunyai atmosfir yang gerak cepat dan tingginya kegawatdaruratan, maka di UGD mempunyai keterbatasan waktu yang serius untuk pencatatan.

Þ Setiap petuhas kesehatan harus mencatat setiap aktivitas dan observasi seketika itu juga.

Standar UGD : semua aspek dan asuhan di UGD harus tercatat direkma medik pada waktu yang tepat

Pedoman untuk Dokumentasi di UGD

  1. Menetapkan prioritas untuk dokumentasi situasi di UGD (waktu masuk, triage, survei primer dan sekunder, situasi resti, penyuluhan kepada pasien dan catatan pulang)
  2. Mencatat aktivitas triage dan evaluasi awal intervensi terapi, dokumentasi yang terfokus pada pasien, mulai dengan kesinambungan asuhan, mencatat akivitas termasuk evaluasi dan keluhan utama, klasifikasi pasien dan format pengkajian di triage.
  3. Melakukan dan mencatat px primer (kesadaran, TTV)
  4. Melakukan survey sekunder, pengkajian dari kepala ke kaki (head to toe)

Informasi yang dibutuhkan pada situasi risiko tinggi :

Disampng berurusan dengan pasien dan keluarga dalam memberikan asuhan dan pengobatan, petugas kesehatan juga dapat berurusan dengan penegak hukum dan lembaga pelayanan sosial misalnya dalam hal :

Pemerkosaan

Luka tembak/tusuk

Pasien dalam pengawasan polisi

Gigitan binatang (peliharaan/liar)

Px an tertentu yang diwajibkan menurut hukum (misal kadar alkohol dalam darah, tes urin pada kasus tertentu).

Catatan observasi dalam px umum secara sistematis

Kondisi umum dan status gizi

Cara berpakaian, higiene/kebersihan

Tanda jelas adanya stress yang termanifestasi dari perilaku dan ekspresi wajah

Kesadaran, mood dan perilaku

Postur tubuh, aktivitas motorik dan cara berjalan

Kejelasan bicara

Bau : alkohol, urine, kimiawi, keton, obat-obatan dan ramu-ramuan

OPERATING BUDGET DALAM MANAGEMENT KEPERAWATAN

Pengertian Umum Budgeting

Pengertian Budget
Budget (Anggaran) adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.

Dari pengertian di atas nampaknya bahwa suatu Budget mempunyai empat unsur, yaitu:
• Rencana
• Meliputi seluruh kegiatan perusahaan
• Dinyatakan dalam unit moneter
• Jangka waktu tertentu yang akan datang

Manfaat Budget
Manfaat Budget terdiri dari tiga pokok, yaitu :
• Sebagai pedoman kerja
• Yang mana berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arahan serta sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaan diwaktu yang akan datang.
• Sebagai alat pengawasan kerja
Budget berfungsi pula sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding untuk mengevaluasi realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan membandingkan apa yang tertuang di dalam Budget dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja atau kah kurang sukses bekerja.


Sebagai alat pengkoordinasian kerja
Budget berfungsi sebagai alat untuk mengkoordinasikan kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat didalam perusahaan dapat saling menunjang, saling bekerja sama dengan baik untuk menuju ke sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian kelancaran jalannya perusahaan akan lebih terjamin.

Proses Penyusunan Budget
Sebagaiman telah dijelaskan di atas, suatu Budget dapat berfungsi dengan baik bilamana tafsiran-tafsiran (forecast) yang termuat didalamnya cukup akurat, sehingga tidak jauh berbeda dengan realisasinya nanti. Untuk bisa melakukan penafsiran secara lebih akurat, diperlakukan sebagai data, informasi dan pengalaman, yang merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan didalam menyusun Budget. Adapaun faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, ialah :

Faktor-faktor intern, yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di dalam perusahaan sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa :
• Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran distribusi dan sebagainya.
• Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan.
• Tenaga kerja yang dimiliki peruahaan, baik jumlahnya (kuantitatif) maupun ketrampilan dan keahliannya (kualitatif).
• Modal kerja yang dimiliki perusahaan.
• Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki perusahaan.
• Kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perusahaan, baik di bidang pemasaran, dibidang produksi, dibidang pembelanjaan, dibidang administrasi maupun dibidang personalia.

Sampai batas-batas tertentu, perusahaan masih dapat mengatur dan menyesuaikan faktor-faktor intern ini dengan apa yang diinginkan untuk masa yang akan datang. Misalnya Modal Kerja yang sekarang dimiliki dirasakan kurang untuk periode Budget yang akan datang, maka perusahaan dalam batas-batas tertentu masih bisa menambahnya, misalnya dengan meminta kredit ke Bank. Demikian pula halnya dengan mesin-mesin, peralatan-peralatan, tenaga kerja serta fasilitas-fasilitas lain, dalam batas-batas tertentu masih disesuaikan dengan apa yang diinginkan untuk periode budget yang akan datang, baik ditambah maupun dikurangi. Oleh karena itu faktor-faktor intern ini sering disebut sebagai faktor yang controlable (dapat diukur), yaitu faktor-faktor yang dalam batas-batas tertentu masih bisa disesuaikan dengan keinginan atau kebutuhan untuk periode Budget yang akan datang.

Faktor-faktor ekstern, yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di luar perusahaan, tetapi dirasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa :
• Keadaan persaingan
• Tingkat pertumbuhan penduduk
• Tingkat penghasilan masyarakat
• Tingkat pendidikan masyarakat
• Tingkat penyebaran penduduk
• Agama, adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat.
• Berbagai kebijakan pemerintah, baik dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun keamanan.
• Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan tehnologi dan sebagainya.

Terhadap faktor-faktor ekstern ini, perusahaan tidak mampu utnuk mengaturnya sesuai dengan apa yang diinginkanya dalam periode Budget yang akan datang. Oleh karena itu faktor-faktor ekstern ini sering disebut sebagai faktor yang un-controlabel (tidak dapat diukur), yaitu faktor-faktor yang tidak dapat diukur dan tidak dapat disesuaikan dengan keinginan perusahaan. Akibatnya perusahaanlah yang harus menyesuaiakan dirinya, menyesuaikan kebijaksanaan-kebijaksanaannya dengan faktor-faktor tersebut.

PENGERTIAN BUDGETING
Dalam pengertian Budget yang telah diuraikan di atas dapatlah diketahui bahwa Budget merupakan hasil kerja (out-put) yang terutama berupa tafsira-tafsiran yang akan dilaksanakan diwaktu yang akan datang. Karena suatu Budget merupakan hasil kerja (out-put), maka Budget dituangkan dalam suatu naskah tulisan yang disusun secara teratur dan sistematis. Sedangkan yang dimaksudka dengan Budgeting adalah proses kegiatan yang menghasilakan Budget tersebut sebagai hasil kerja (out-put), serta proses kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi Budget, yaitu fungsi-fungsi pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja dan alat pengawasan kerja. Secara lebih terperinci, proses kegiatan yang tercakup dalam Budgeting tersebut antara lain:
• Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun Budget
• Pengolahan dan penganalisaan data dan informasi tersebut untuk mengadakan tafsiran-tafsiran dalam rangka menyusun Budget.
• Menyusun Budget serta menyajikannya secara teratur dan sistematis.
• Pengkoordinasian pelaksanaan Budget
• Pengumpulan data dan informasi untuk keperluan pengawasan, yaitu untuk mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap pelaksanaan Budget.
• Pengolahan dan penganalisaan data tersebut untuk mengadakan interpretasi dan memperoleh kesimpulan-kesimpulan dalam rangka mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap kerja yang telah dilaksanakan, serta menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagai tindak lanjut (follow-up) dari kesimpulan-kesimpulan tersebut.

Prosedur Penyususnan Budget
Pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab atau menyusun Budget serta pelaksanaan kegiatan Budgeting lainnya, ada ditangan pimpinan tertinggi perusahaan. Hal ini disebabkan karena pimpinan tertinggi perusahaanlah yang paling berwewenang dan paling bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan perusahaan secara keseluruhan. Namun demikian tugas menyiapkan dan menyusun Budget serta kegiatan-kegiatan Budgeting lainnya tidak harus ditangani sendiri oleh pimpinan tertinggi perusahaan, melainkan dapat didelegasikan kepada bagian lain dalam perusahaan. Adapaun siapa-siapa atau bagian apa yang diserahi tugas memprsiapkan dan menyusun Budget tersebut sangat tergantung pada struktur organisasi dari masing-masing perusahaan. Akan tetapi pada garis besarnya tugas mempersiapkan dan menyususn Budget ini dapat didelegasikan kepada :

1. Bagian administrasi, bagian perusahan yang kecil. Hal ini disebabkan karena bagi perusahaan yang kecil, kegiatan-kegiatan perusahaan tidak terlalu kompleks, sederhana, dengan ruang lingkup yang terbatas, sehingga tugas penyusunan Budget dapat diserahkan kepada salah satu bagian saja dari perusahaan yang bersangkutan, dan tidak perlu banyak melibatkan secara aktif seluruh bagian-bagian yang ada dalam perusahaan.

2. Panitia Budget, bagian perusahan yang besar. Hal ini disebabkan karena bagi perusahaan besar, kegiatan-kegiatan perusahaan cukup kompleks, beraneka ragam dengan ruang lingkup yang cukup luas, sehingga Bagian Administrasi tidak mungkin dan tidak mampu lagi untuk menyusun Budget sendiri tanpa partisipasi aktif bagian-bagian lain dalam perusahaan. Oleh sebab itu tugas menyusun Budget perlu melibatkan semua unsur yang mewakili semua bagian yang ada di dalam perusahaan, yang duduk dalam Panitia Budget. Tim penyusunan Budget ini biasanya diketuai oleh pimpinan perusahaan (misalnya Wakil Direktur) dengan anggota-anggota yang mewakili Bagian Pemasaran, Bagian Produksi, Bagian Pembelanjaan, serta Bgaian Personalia. Di dalam Panitia Budget inilah dilakukan pembahasan-pembahasan tentang rencana-rencana kegiatan yang akan datang, sehingga Budget yang tersusun nanti merupakan kesepakatan bersama, sesuai dengan kondisi, fasilitas serta kemampuan masing-masing bagian secara terpadu. Kesepakatan bersama ini penting agar pelaksanaan Budget nanti benar-benar didukung oleh seluruh bagian yang ada dalam perusahaan, sehingga memudahkan terciptanya kerja sama yang saling menunjang dan terkoordinasikan dengan baik.

Baik Budget yang disusun oleh Bagian Administrasi (perusahaan kecil), maupun yang disusun oleh Panitia Budget (perusahaan besar), barulah merupakan Rancangan Budget atau Draft Budget (tentative budget). Rancangan Budget inilah yang diserahkan kepada pimpinan tertinggi untuk disahkan serta ditetapkan sebagai Budget yang defenitif. Sebelum disahkan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, masih dimungkinkan untuk diadakan perubahan-perubahan terhadap rancangan tersebut, dan dimungkinkan pula untuk diadakannya pembahsan-pembahasan antara pimpinan tertinggi perusahaan dengan pihak yang diserahi tugas menyusun Rancangan Budget tersebut.
Setelah disahkan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, maka Rancangan Budget tersebut telah menjadi Budget yang defenitif, yang akan dijadikan sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkooordinasian kerja dan sebagai alat pengawasan kerja.

Isi Budget
Sebagaimana telah diutarakan di atas, suatu Budget yang baik haruslah mencakup seluruh kegiatan perusahaan, sehingga fungsi-fungsi Budget (pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja dan alat pengawasan kerja) benar-benar dapat berjalan dengan baik pula. Budget yang menyeluruh semacam itu sering dinamakan Budget Komprehensif (Comprehensif Budget).
Adapun isi dari Budget Komprehensif secara garis besar terdiri dari :
1. Forecasting Budget (Budget Tafsiran), yaitu Budget yang berisi tafsiran-tafsiran (forecast) tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dalam jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang, serta tafsiran-tafsiran (forecast) tentang keadaan atau posisi finansial perusahaan pada suatu saat tertentu yang akan datang.

2. Variabel Budget (Budget Variabel), yaitu Budget yang berisi tentang tingkat perubahan beaya atau tingkat variabilitas beaya, khususnya beaya-beaya yang termasuk kelompok beaya “semi variabel”, sehubungan dengan adanya perubahan produktivitas perusahaan.

3. Analisa statistik dan matematika pembantu, yaitu analisa-analisa statistik dan matematika yang dipergunakan untuk membuat tafsiran-tafsiran (forecast) serta yang dipergunakan untuk mengadakan penilaian (evaluasi) dalam rangka mengadakan pengawasan kerja. Semua analisa-analisa tersebut perlu dimuat (dilampirkan) di dalam Budget yang disusun, agar setiap waktu dapat diketahui, dapat diperiksa kembali dan dapat dinilai apakah metode dan analisa yang dipergunakan tersebut memang sudah tepat ataukah perlu direvisi sehubungan dengan adanya perubahan faktor-faktor tertentu di waktu yang akan datang nanti.

4. Laporan Budget (Budget Report), yaitu laporan tentang realisasi pelaksanan Budget, yang dilengkapi dengan berbagai analisa perbandingan antara Budget dengan realisasinya itu, sehingga dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang bersifat positif (menguntungkan) maupun yang bersifat negatif (merugikan), dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan tersebut, sehingga dapat ditarik beberapa kesimpulan dan beberapa tindak lanjut (follow-up) yang segera perlu dilakukan. Dengan demikian dari Laporan Budget sekaligus dapat diadakan penilaian (evaluasi) tentang sukses atau tidaknya kerja perusahaan selama jangka waktu (periode) yang bersangkutan.


OPERATING BUDGET
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa salah satu isi Budget adalah Forecasting Budget, yang diartikan sebagai Budget yang berisi tafsira-tafsiran (forecast) tentang kegiatan-kegiatan perusahan dalam jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang, serta berisi tafsira-tafsiran (forecast) tentang keadaan atau kondisi finansial perusahaan pada suatu saat yang akan datang.

Dari pengertian terebut nampaknya bahwa Forecasting Budget terdiri dari dua kelompok Budget, yaitu :
• Operating Budget (Budget Operasional)
• Finansial Budget (Budget Finansial)

Pengertian Operating Budget
Operating Budget adalah Budget yang berisi tafsiran-tafsiran tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dalam jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.

Operating Budget merencanakan tentang kegiatan-kegiatan perusahaan selama periode tertentu yang akan datang. Pada dasarnya kegiatan-kegiatan perusahaan selama periode tertentu itu meliputi dua sektor, yaitu :

Sektor Penghasilan ( revenues), ialah pertambahan Aktiva perusahaan yang mengakibatkan bertambahnya Modal Sendiri, tetapi bukan karena penambahan setoran modal baru dari para pemiliknya, dan bukan pula merupakan pertambahan Aktiva perusahaan yang disebabkan karena bertambah Utang. Sering pula dikatakan bahwa Penghasilan adalah suatu kondisi prestasi yang diterima oleh perusahaan atas “sesuatu” yang diberikan kepada pihak lain, atau atas jasa-jasa yang diberikan kepada pihak lain.

Dipandang dari sudut hubungannya dengan usaha utama perusahaan, penghasilan dapat dibedakan menjadi dua sub sektor, yaitu :
• Sub-sektor Penghasilan Utama (Operating Revenues), ialah penghasilan yang diterima perusahaan, yang berasal dan berhubungan erat dengan usaha pokok perusahaan.

• Sub-sektor Penghasilan Bukan Utama (Non-Operating Revenues), ialah penghasilan yang diterima perusahaan, yang tidak berasal dan tidak berhubungan erat dengan usaha pokok perusahaan, melainkan dari usaha sampingan perusahaan.

Sektor Beaya (Expenses), ialah pengurangan Aktiva perusahaan yang mengakibatkan berkurangnya Modal Sendiri, tetapi bukan karena pengurangan (pengambilan) modal oleh para pemiliknya, dan bukan pula merupakan pengurangan Aktiva perusahaan yang disebabkan karena berkurangnya utang. Sering pula dikatakan bahwa Beaya adalah suatu kontra pretasi yang diberikan oleh perusahaan atas “ sesuatu” yang diterima dari pihak lain, atau jasa-jasa yang diterima dari pihak lain.

Dipandang dari sudut hubungannya dengan usaha utama perusahaan, beaya dapat dibedakan menjadi dua sub-sektor, yaitu :

(a) Sub-sektor Beaya Utama (Operating Expenses), ialah beaya yang menjadi beban tanggungan perusahaan, yang berhubungan erat dengan usaha pokok perusahaan.
Dalam perusahaan industri, Beaya Utama dibedakan lagi ke dalam tiga kelompok beaya, yaitu :

Beaya Pabrik (Factory Cost), ialah semua beaya yang terjadi serta terdapat di dalam lingkungan tempat dimana proses produksi berlangsung. Beaya-beaya Pabrik ini dibedakan lagi dalam tiga kelompok, yaitu:
• Beaya Bahan Mentah (Direct Materials), ialah beaya yang terdiri dari semua bahan-bahan yang dikerjakan di dalam proses produksi, untuk diubah menjadi barang lain yang nantinya akan dijual.
• Upah Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour), ialah upah yang dibayarkan perusahaan kepada para tenaga kerja yang secara langsung memproses bahan mentah, untuk diubah menjadi barang lain yang nantinya akan dijual.
• Beaya Pabrik Tidak Langsung (Factory Overhead), ialah semua beaya yang terdapat di dalam lingkungan pabrik, tetapi tidak secara langsung berhubungan dengan kegiatan proses produksi, yaitu proses mengubah bahan mentah menjadi bahan lain yang nantinya akan dijual. Termasuk dalam kelompok Beaya Pabrik Tidak Langsung ini antara lain Beaya Bahan Pembantu (Indirect Materials), Upah Tenaga Kerja Tidak Langsung (Indirect Labour), Beaya Pemeliharaan Pabrik (Factory Maintenance) Beaya Reparasi Pabrik (Factory Repair), Depresiasi Gedung Pabrik (Depreciation of Factory Equipment), Beaya Listrik Pabrik (Factory Heat and Light) dan sebagainya.

Beaya Administrasi (Administration Expenses), ialah semua beaya yang terjadi serta terdapat di dalam lingkungan kantor administrasi perusahaan, serta beaya-beaya lain yang sifatnya untuk keperluan perusahaan secara keseluruhan. Termasuk dalam kelompok Beaya Administrasi ini antara lain :
• Gaji Karyawan Kantor (Office Salaries), ialah gaji yang dibayarkan kepada para karyawandi kantor administrasi.
• Gaji Pemeliharaan Kantor (Office Manintenance), ialah beaya untuk pemeliharaan ruangan dan peralatan kantor administrasi.
• Beaya Perbaikan Kantor (Office Repair), ialah beaya untuk perbaikan ruangan dan peralatan kantor administrasi.
• Depresiasi Peralatan Kantor (Depreciation of Office Furniture), ialah beban depresiasi terhadap peralatan-peralatan di kantor administrasi.
• Depresiasi Gedung Kantor (Depreciation of Office Building), ialah beban depresiasi terhadap bangunan (gedung) kantor administrasi.
• Beaya Listrik Kantor (Office Heat and Light), ialah beaya listrik untuk keperluan kantor administrasi.
• Beaya Telepon Kantor (Office Telephone), ialah beaya telepon untuk keperluan kantor administrasi.
• Beaya Asuransi Kantor (Office Insurance), ialah biaya asuransi terhadap bagunan serta peralatan kantor administrasi.
• Beaya Supplies Kantor (Office Supplies), ialah biaya untuk keperluan-keperluan tulis-menulis serta keperluan-keperluan kecil lainnya di kantor administrasi, seperti kertas, karbon, lem, tinta, matera, perangko, dan sebagainya.

Beaya Penjualan (Selling Expenses), ialah semua biaya yang terjadi serta terdapat di dalam lingkungan Bagian Penjualan, serta beaya-beaya lain yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Bagian Penjualan. Termasuk dalam kelompok Beaya Penjualan ini antara lain:
• Gaji Karyawan Penjualan : (Store Salaries), ialah gaji yang dibayarkan kepada para karyawan di Bagian Penjualan.
• Beaya Pemeliharaan Bagian Penjualan (Store Maintanance), ialah beaya untuk pemeliharaan ruangan dan peralatan Bagian Penjualan.
• Beaya Perbaikan Bagian Penjualan (Store Repair), ialah beaya untuk perbaikan ruangan dan peralatan Bagian Penjualan.
• Depresiasi Peralatan Bagian Penjualan (Depreciation of Store Furnitures), ialah beban depresiasi terhadap peralatan-peralatan Bagian Penjualan.
• Depresiasi Gedung Bagian Penjualan (Depreciation of Store Building), ialah beban depresiasi terhadap bangunan (gedung) Bagian Penjualan.
• Beaya Listrik Bagian Penjualan (Store Heat and Light), ialah beaya listrik untuk keperluan Bagian Penjualan.
• Beaya Telpon Bagian Penjualan (Store Telephone), ialah beaya telepon untuk keperluan Bagian Penjualan.
• Beaya Asuransi Bagian Penjualan (Store Insurance), ialah beaya asuransi terhadap bangunan serta peralatan Bagian Penjualan.
• Beaya Supplies Bagian Penjualan (Store Suplieses), ialah beaya untuk keperluan-keperluan kecil lainnya di Bagian Penjualan, seperti kertas, karbon, tinta, tali, dan sebagainya.
• Beaya Advertensi (Advertising), ialah beaya pemasangan iklan diberbagai media massa untuk keperluan meningkatkan penjualan.


(a).Sektor-sektor Beaya Buka Utama (Non-Operating Expenses), ialah beaya yang menjadi beban tanggungan perusahaan, yang tidak berhubungan erat dengan usaha pokok prusahaan.

Dari uraian serta pembahsan di atas telah diketahui bahwa Operating Budget merencanakan tentang kegiatan-kegiatan perusahaan selama periode tertentu yang akan datang, baik kegiatan yang berhubungan dengan sektor penghasilan maupun kegiatan yang berhubungan dengan sektor beaya.
Di dalam akutansi, kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan sektor penghasilan berhubungan dengan sektor beaya ini pada akhir periode dituangkan dalam Laporan Rugi-Laba (Income Statement) perusahaan. Bilamana selama bekerja dalam periode yang bersangkutan, penghasilan lebih besar dari beban beayayang harus ditanggung, berarti perusahaan memperoleh keuntungan, sedangkan bilamana selama bekerja dalam periode yang bersangkutan, penghasilan yang diterima lebih kecil daripada beban beaya yang harus ditanggung, berarti perusahaan menderita kerugian. Oleh karena itu Operating Budget sering pula disebut sebagai Income Statement Budget (Budget Rugi-Laba).

Atas dasar kelengkapan isinya, Income Statement Budget dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

(1) . Master Income Statement Budget (Budget Induk Rugi-Laba), ialah Budget tentang penghasilan dan beaya perusahaan, yang berisi tafsiran-tafsiran secara garis besar (global) dan kurang dijabarkan secara lebih terperinci, seperti misalnya tafsiran-tafsiran semesteran, tahunan dan sebagainya.

(2) . Income Statement Supporting Budget (Budget Penunjang Rugi-Laba), ialah Budget tentang penghasilan dan beaya perusahaan, yang berisi tafsiran-tafsiran yang lebih terperinci, seperti misalnya terperinci dari waktu ke waktu (bulanan), terperinci menurut bagian (departemen) yang ada dan sebagainya. Dengan demikian Income Statement Supporting Budget ini merupakan penjabaran serta perincian lebih lanjut dari Master Income Statement Budget yang hanya memuat tafsiran-tafsiran secara garis besar saja, masih belum memungkinkan Budget tersebut menjalankan fungsinya. Agar supaya Budget dapat berfungsi sebagai pedoman kerja, sebagai alat koordinasi kerja dan sebagai alat pengawas kerja, maka Budget harus disusun secara jelas dan terperinci.

Tahap-tahap Penyusunan Operating Budget
Operating Budget secara terperinci disusun dalam Income Statement Supporting Budget, yang pada dasarnya berisi Budget tentang penghasilan, yaitu tentang Budget penjualan, dan Budget-Budget tentang beaya, yaitu Budget Produksi serta Budget Beaya Administrasi dan Budget Beaya Penjualan.
Antara Budget tentang penghasilan dengan Budget-Budget tentang Beaya tersebut mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat. Di satu pihak, besar kecilnya penjualan (penghasilan) mungkin ditentukan (dipengaruhi) oleh besar kecilnya produksi (beaya), tetapi di pihak lain, besarnya produksi (beaya) mungkin justru ditentukan (dipengaruhi) oleh besarnya penjualan. Dengan perkataan lain, ada dua alternatif kemungkinan tentang hubungan timbal balik antara produksi dengan penjualam tersebut, yaitu :


(a) Alternatif Pertama
Besarnya penjualan ditentukan oleh besarnya produksi. Ini berarti bahwa berapa jumlah penjualan perusahaan selama periode yang akan datang ditentukan oleh berapa jumlah barang yang mampu diproduksi perusahaan selama periode tersebut. Dengan demikian jika selama periode yang akan datang, perusahaan mampu memproduksi barang dalam jumlah yang besar, maka sebesar itu pulalah jumlah penjualan yang akan dilakukan perusahaan dalam periode tersebut. Sebaliknya jika selama periode yang akan datang, perusahaan hanya mampu memproduksikan barang dalam jumlah sedikit, maka sejumlah sedikit pulalah penjualan yang akan dilakukan perusahaan selama periode tersebut.

(b). Alternatif kedua
Besarnya produksi justru ditentukan oleh besarnya penjualan. Ini berarti bahwa jumlah barang yang akan diproduksi perusahaan selama periode yang akan datang ditentukan oleh berapa jumlah barang yang mampu dijual (dipasarkan) oleh perusahaan selama periode tersebut. Dengan demikian, jika selama periode yang akan datang, perusahaan mampu menjual (memasarkan) barang dalam jumlah yang besar, maka sebesar itu pulalah produksi yang yang akan dilakukan perusahaan, dalam periode tersebut. Sebaliknya jika selama periode yang akan datang perusahaan hanya mampu menjual (memasarkan) barang dalam jumlah yang sedikit, maka sejumlah sedikit itu pulalah produksi yang akan dilakukan perusahaan dalam periode yang akan datang.

LINGKUNGAN

Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Salah satu fenomena utama yang berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan adalah perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap derajat dan upaya kesehatan.

A. Pengertian

•  Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak termasuk manusia lainnya. Serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen dialam tersebut.

•  Dalam Indonesia sehat 2010: lingkungan yang diharapkan adalah

•  Yang kondusif bagi terwujudnya keadaan lingkungan yang bebas dari polusi

•  Tersedianya air bersih

•  Sanitasi lingkungan yang memadai

•  Pemukiman yang sehat

•  Perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan

•  Terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong.

•  Perilaku masyarakat Indonesia sehat 2010 adalah yang bersifat proaktif untuk :

•  Memelihara dan meningkatkan kesehatan

•  Mencegah terjadinya penyakit

•  Melindungi diri dari ancaman penyakit

•  berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat

•  kemampuan masyarakat yang diharapkan pada masa depan adalah mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan

•  Prinsip-prinsip pembangunan kesehatan

•  Dasar perikemanusiaan

•  Dasar adil dan merata

•  Dasar pemberdayaan dan kemandirian

•  dasar pengutamaan dan manfaat

•  Sustainable development atau pembangunan berwawasan lingkungan pada dasarnya adalah pembangunan yang mampu membawa rakyat secara merata memperoleh kebutuhan hidupnya. Dalam arti terpenuhi kebutuhan materiil dan spiritual termasuk kualitas lingkungan yang layak huni tanpa terkena derita penyakit menahun dan makin subur sebagai sumber daya alam untuk kelangsungan kehidupan generasi penerusnya.

•  Hygiene atau sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, social atau ekonomi yaitu mempengaruhi kesehatan manusia dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan.

•  Ditinjau dari luasnya lingkup,maka masalah lingkungan dapat dibagi menjadi 3 kelompok dasar:

•  Lingkungan Rumah Tangga atau mikro (Mikro environtment)

•  Lingkungan Khusus atau lingkungan kerja (Meso environtment)

•  lingkungan luas atau makro (makro environtment)

Dengan membagi semua masalah lingkungan dalam tiga kelompok ini diharapkan upaya penanganan dapat dilakukan dengan lebih terarah.

•  LINGKUNGAN MIKRO

Masalah lingkungan yang tergolong dalam lingkup mikro atau lingkungan rumah tangga adalah :

    1. Kualitas rumah
    2. Penyediaan air minum
    3. sanitasi makanan
    4. pembuangan tinja
    5. pembuangan sampah rumah tangga
    6. pembuangan air kotor

masalah kesehatan mikro:

•  Kualitas rumah

Keadaan perumahan adalah salah satu factor yang menentukan keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan.

Seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat.

Syarat rumah sehat (Winslow)

•  Memenuhi kebutuhan fisiologis

•  Memenuhi kebutuhan psikologis

•  Harus dapat menghindarkan dari kecelakaan

•  Harus dapat menghindarkan dari terjadinya penyakit

Masalah perumahan : adanya rumah-rumah yang tidak sehat

Upaya penanggulangannya :

•  Pembangunan rumah-rumah sehat dengan harga terjangkau

•  Penyuluhan pentingnya rumah sehat

•  Penyuluhan modifikasi rumah sehat

•  Menurunkan tingkat suku bunga : memudahkan kepemilikan rumah sehat

•  Penyediaan Air Minum

Hidup kita tidak dapat lepas dari air. Air ini diperlukan untuk minum, memasak, mandi, mencuci, membersihkan dan keperluan lainnya. Untuk itu diperlukan air yang memenuhi syarat kesehatan baik kualitas maupun kuantitasnya.

Masalah penyediaan air minum :

•  Belum tersedianya cukup air bersih (kualitas) bagi keperluan rumah tangga

•  Persediaan air rumah tangga yang masih belum memenuhi syarat – syarat kesehatan secara kualitas

•  Sumber – sumber air yang tercemar.

Upaya penanggulangannya :

•  Penyediaan tambahan air bersih bagi daerah yang kesulitan air

•  Perbaikan mutu dan kinerja pelayanan air oleh pemerintah (PAM)

•  Perbaikan sarana penyediaan air

•  Penyuluhan tentang cara pemanfaatan sumber air dengan benar

•  Penyuluhan tentang pembuatan sumur

•  Penyuluhan tentang desinfeksi air sumur

•  Purifikasi air (pengolahan air permukaan)

•  Sanitasi makanan

Makanan yang sehat dan bergizi merupakan modal utama tubuh dalam metabolisme. Diperlukan sanitasi makanan yang baik agar makanan yang dikonsumsi benar-benar memenuhi persyaratan sehat yang dapat menjadikan jasmani kuat.

•  Masalah :

•  Pencemaran bahan – bahan makanan

•  penggunaan bahan-bahan pengawet dan pewarna

•  pengolahan bahan makanan yang kurang benar

•  penanggulangannya

•  Upaya penyuluhan cara pemakaian pupuk dan pembasmi hama yang benar pada tanaman

•  pencegahan penyakit pada ternak

•  penyuluhan tentang bahan pengawet dan pewarna makanan

•  pemeriksaan secara berkala pada jenis-jenis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat (BPOM)

•  penyuluhan cara pengolahan bahan makanan yang benar

•  Pembuangan tinja

Pembuangan kotoran (Feces dan urine) yang tidak menurut aturan, memudahkan terjadinya “water borne disease”

Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan Ehlers dan steel) adalah :

•  Tidak mengotori tanah permukaan

•  Tidak mengotori air permukaan

•  Tidak mengotori air dalam tanah

•  Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya

•  Kakus harus terlindung dari penglihatan orang lain

•  Pembuatannya mudah dan murah

Masalah :

•  Tidak tersedianya jamban (kakus) keluarga

•  Adanya jamban yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan

Penanggulangan:

•  Penyediaan jamban sehat

•  Penyuluhan tentang perlunya jamban sehat

•  Pembuangan sampah rumah tangga

Sampah adalah semua zat / benda yang sudah tidak terpakai lagi.

Garbage : sisa pengolahan ataupun sisa makanan yang mudah membusuk

Rubbish : sisa pengolahan ataupun sisa makanan yang tidak mudah membusuk

•  Dari sampah harus diperhatikan:

•  Penyimpanan (Storage)

•  pengumpulan (Collection)

•  pembuangan (disposal)

•  masalah :

•  Pembuangan sampah yang tidak tertib (kurang kesadaran)

•  tempat sampah yang tidak dikelola dengan baik

•  Penanggulangan :

•  Peningkatan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah dengan benar

•  pembuatan tempat sampah sementara pada tingkat keluarga

•  pengelolaan tempat pembuangan akhir dengan baik

•  pengolahan sampah daur ulang

•  Pembuangan air limbah (sewage disposal)

Air limbah : excreto manusia, air kotor dari dapur , kamar mandi, WC, air kotor permukaan tanah dan air hujan

Masalah :

pembuangan limbah rumah tangga yang tidak memenuhi sarat

Penanggulangnnya:

Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pengolahan limbah yang benar

•  LINGKUNGAN MESO

Masalah yang masuk lingkungan meso (lingkungan kerja) adalah :

•  Keselamatan kerja

•  pencemaran di lingkungan kerja

•  sanitasi di tempat kerja

•  penyakit akibat kerja

•  faal kerja/ ergonomi

Permasalahan lingkup meso ini relatif lebih mudah diatasi karena menyangkut kondisi pekerjaan disuatu perusahaan yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja yang merupakan perhatian utama pemilik usaha.

Tingkat – tingkat pencegahan gangguan kesehatan dan kecelakaan akibat kerja

•  Peningkatan kesehatan (Health Promotion)

•  Pendidikan kesehatan kepada pekerja

•  Peningkatan dan perbaikan gizi pekerja

•  Perkembangan kejiwaan pekerja yang sehat

•  Penyediaan perumbahan pekerja yang sehat

•  Rekreasi bagi pekerja

•  Penyediaan tempat dan lingkungan kerja yang sehat

•  Pemeriksaan sebelum bekerja

•  Perhatian terhadap faktor – faktor keturunan

•  Perlindungan khusus (Specific protection)

•  Pemberian imunisasi

•  Hygiene kerja yang baik

•  Sanitasi lingkungan kerja yang sehat

•  Perlindungan diri terhadap bahaya – bahaya pekerjaan

•  Pengendalian bahaya akibat kerja agar dalam keadaan aman

•  Perlindungan terhadap faktor karsinogen

•  Menghindari sebab-sebab alergi

•  Perserasian manusia (pekerja) dengan mesin

•  Diagnosa dini dan pengobatan yang tetap

(Early Diagnosis & Prompt Treatment)

•  Mencari tenaga kerja baik perorangan atau kelompok terhadap gangguan – gangguan penyakit tertentu

•  General check up secar teratur dengan tujuan :

•  Mengobati dan mencegah proses penyakit

•  Mencegah penularan penyakit

•  Mencegah komplikasi

•  Penyaringan

•  Pencegahan kecacatan (Disabillity Limitation)

•  Proses yang adekuat untuk mencegah dan menghentikan proses penyakit

•  Perawatan yang baik

•  Penyediaan fasilitas untuk membatasi kecacatan dan mencegah kematian

•  Pemulihan (Rehabilitation)

•  Latihan dan pendidikan untuk melatih kemampuan yang ada

•  Pendidikan masyarakat untuk menggunakan tenaga cacat

•  Penempatan tenaga cacat secara selektif

•  Terapi kerja di rumah sakit

•  Penyediaan tempat kerja yang dilindungi

Upaya – upaya pencegahan penyakit akibat kerja

•  Substitusi

Yaitu mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali

•  Ventilasi umum

Yaitu mengalirkan sebanyak-banyaknya menurut perhitungan kedalam ruang kerja, agar bahan-bahan yang berbahaya ini lebih rendah dari kadar yang membahayakan yaitu kadar pada nilai ambang batas.

•  Ventilasi keluar setempat (local exhausters)

Alat yang dapat menghisap udara dari suatu tempat kerja tertentu agar bahan-bahan yang berbahaya dari tempat tersebut dapat dialirkan keluar

•  isolasi

adalah cara mengisolasi proses perusahaan yang membahayakan misal isolasi mesin yang hiruk pikuk sehingga kegaduhan yang disebabkannya menurun dan tidak menjadi gangguan pada pekerja

•  Pakaian / alat pelindung

Alat pelindung dalam pekerjaan dapat berupa kacamata, masker, helm, sarung tangan, sepatu atau pakaian khusus yang didesain khusus untuk pekerjaan tertentu

•  pemeriksaan sebelum kerja

yaitu pemeriksaan kesehatan pada calon pekerja untuk mengetahui apakah calon pekerja tersebut sesuai dengan pekerjaan yang akan diberikan baik fisik maupun mentalnya

•  pemeriksaan kesehatan secara berkala

adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara berkala terhadap pekerja apakah ada gangguan kesehatan yang timbul akibat pekerjaan yang dilakukan. Disesuaikan dengan kebutuhan bisa 6 bulan / tahun sekali

•  penerangan sebelum bekerja

Bertujuan agar pekerja mengetahui dan mematuhi peraturan-peraturan sehingga dalam bekerja lebih hati-hati dan tidak terkena penyakit-penyakit akibat perkerjaan

•  pendidikan kesehatan

sangat penting untuk keselamatan dalam bekerja sehingga pekerja tetap waspada dalam melaksanakan pekerjaannya

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CEDERA KEPALA

•  Pengertian

Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)

•  Klasifikasi

Klasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai Skala Glasgow (SKG):

  1. Minor

•  SKG 13 – 15

•  Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.

•  Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.

  1. Sedang

•  SKG 9 – 12

•  Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam.

•  Dapat mengalami fraktur tengkorak.

  1. Berat

•  SKG 3 – 8

•  Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.

•  Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.

•  Etiologi

•  Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.

•  Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.

•  Cedera akibat kekerasan.

•  Patofisiologis

Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak.

Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. Sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera. Konsekuensinya meliputi hiperemi (peningkatan volume darah) pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi.

Genneralli dan kawan-kawan memperkenalkan cedera kepala “fokal” dan “menyebar” sebagai kategori cedera kepala berat pada upaya untuk menggambarkan hasil yang lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari kerusakan fokal yang meliputi kontusio serebral dan hematom intraserebral, serta kerusakan otak sekunder yang disebabkan oleh perluasan massa lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam empat bentuk yaitu: cedera akson menyebar, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multipel pada seluruh otak. Jenis cedera ini menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang otak tetapi karena cedera menyebar pada hemisfer serebral, batang otak, atau dua-duanya.


•  Manifestasi Klinis

•  Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih

•  Kebungungan

•  Iritabel

•  Pucat

•  Mual dan muntah

•  Pusing kepala

•  Terdapat hematoma

•  Kecemasan

•  Sukar untuk dibangunkan

•  Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.

•  Komplikasi

•  Hemorrhagie

•  Infeksi

•  Edema

•  Herniasi

•  Pemeriksaan Penunjang

•  Laboratorium: darah lengkap (hemoglobin, leukosit, CT, BT)

•  Rotgen Foto

•  CT Scan

•  MRI

•  Penatalaksanaan

Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah sebagai berikut:

  1. Observasi 24 jam

  2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.

  3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.

  4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.

  5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.

  6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.

  7. Pemberian obat-obat analgetik.

  8. Pembedahan bila ada indikasi.

•  Rencana Pemulangan

  1. Jelaskan tentang kondisi anak yang memerlukan perawatan dan pengobatan.

  2. Ajarkan orang tua untuk mengenal komplikasi, termasuk menurunnya kesadaran, perubahan gaya berjalan, demam, kejang, sering muntah, dan perubahan bicara.

  3. Jelaskan tentang maksud dan tujuan pengobatan, efek samping, dan reaksi dari pemberian obat.

  4. Ajarkan orang tua untuk menghindari injuri bila kejang: penggunaan sudip lidah, mempertahankan jalan nafas selama kejang.

  5. Jelaskan dan ajarkan bagaimana memberikan stimulasi untuk aktivitas sehari-hari di rumah, kebutuhan kebersihan personal, makan-minum. Aktivitas bermain, dan latihan ROM bila anak mengalami gangguan mobilitas fisik.

  6. Ajarkan bagaimana untuk mencegah injuri, seperti gangguan alat pengaman.

  7. Tekankan pentingnya kontrol ulang sesuai dengan jadual.

  8. Ajarkan pada orang tua bagaimana mengurangi peningkatan tekanan intrakranial.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

•  Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.

•  Pemeriksaan fisik

•  Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot, hiperventilasi, ataksik)

•  Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK

•  Sistem saraf :

•  Kesadaran à GCS.

•  Fungsi saraf kranial à trauma yang mengenai/meluas ke batang otak akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.

•  Fungsi sensori-motor à adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri, gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia, riwayat kejang.

•  Sistem pencernaan

•  Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan, kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika pasien sadar à tanyakan pola makan?

•  Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan.

•  Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.

•  Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik à hemiparesis/plegia, gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan otot.

•  Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan à disfagia atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.

•  Psikososial à data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat pasien dari keluarga.

B. Diagnosa

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah:

  1. Resiko tidak efektifnya bersihan jalan nafas dan tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi, gangguan fungsi pergerakan, dan meningkatnya tekanan intrakranial.

  2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.

  3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan menurunnya kesadaran.

  4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan mual dan muntah.

  5. Resiko injuri berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau meningkatnya tekanan intrakranial.

  6. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala.

  7. Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala.

  8. Kecemasan orang tua-anak berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala.

  9. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi.

•  Intervensi Keperawatan

•  Resiko tidak efektifnya jalan nafas dan tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi, gangguan fungsi pergerakan, dan meningkatnya tekanan intrakranial.

Tujuan : Pola nafas dan bersihan jalan nafas efektif yang ditandai dengan tidak ada sesak atau kesukaran bernafas, jalan nafas bersih, dan pernafasan dalam batas normal.

Intervensi :

•  Kaji Airway, Breathing, Circulasi.

•  Kaji anak, apakah ada fraktur cervical dan vertebra. Bila ada hindari memposisikan kepala ekstensi dan hati-hati dalam mengatur posisi bila ada cedera vertebra.

•  Pastikan jalan nafas tetap terbuka dan kaji adanya sekret. Bila ada sekret segera lakukan pengisapan lendir.

•  Kaji status pernafasan kedalamannya, usaha dalam bernafas.

•  Bila tidak ada fraktur servikal berikan posisi kepala sedikit ekstensi dan tinggikan 15 – 30 derajat.

•  Pemberian oksigen sesuai program.

•  Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.

Tujuan : Perfusi jaringan serebral adekuat yang ditandai dengan tidak ada pusing hebat, kesadaran tidak menurun, dan tidak terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.

Intervensi :

•  Tinggikan posisi kepala 15 – 30 derajat dengan posisi “midline” untuk menurunkan tekanan vena jugularis.

•  Hindari hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya

•  peningkatan tekanan intrakranial: fleksi atau hiperekstensi pada leher, rotasi kepala, valsava meneuver, rangsangan nyeri, prosedur (peningkatan lendir atau suction, perkusi).

•  tekanan pada vena leher.

•  pembalikan posisi dari samping ke samping (dapat menyebabkan kompresi pada vena leher).

•  Bila akan memiringkan anak, harus menghindari adanya tekukan pada anggota badan, fleksi (harus bersamaan).

•  Berikan pelembek tinja untuk mencegah adanya valsava maneuver.

•  Hindari tangisan pada anak, ciptakan lingkungan yang tenang, gunakan sentuhan therapeutic, hindari percakapan yang emosional.

•  Pemberian obat-obatan untuk mengurangi edema atau tekanan intrakranial sesuai program.

•  Pemberian terapi cairan intravena dan antisipasi kelebihan cairan karena dapat meningkatkan edema serebral.

•  Monitor intake dan out put.

•  Lakukan kateterisasi bila ada indikasi.

•  Lakukan pemasangan NGT bila indikasi untuk mencegah aspirasi dan pemenuhan nutrisi.

•  Libatkan orang tua dalam perawatan anak dan jelaskan hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial.

•  Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan menurunnya kesadaran.

Tujuan : Kebutuhan sehari-hari anak terpenuhi yang ditandai dengan berat badan stabil atau tidak menunjukkan penurunan berat badan, tempat tidur bersih, tubuh anak bersih, tidak ada iritasi pada kulit, buang air besar dan kecil dapat dibantu.

Intervensi :

•  Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan aktivitas, makan – minum, mengenakan pakaian, BAK dan BAB, membersihkan tempat tidur, dan kebersihan perseorangan.

•  Berikan makanan via parenteral bila ada indikasi.

•  Perawatan kateter bila terpasang.

•  Kaji adanya konstipasi, bila perlu pemakaian pelembek tinja untuk memudahkan BAB.

•  Libatkan orang tua dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan demonstrasikan, seperti bagaimana cara memandikan anak.

•  Resiko kurangnnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.

Tujuan : Tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan volume cayran atau dehidrasi yang ditandai dengan membran mukosa lembab, integritas kulit baik, dan nilai elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

•  Kaji intake dan out put.

•  Kaji tanda-tanda dehidrasi: turgor kulit, membran mukosa, dan ubun-ubun atau mata cekung dan out put urine.

•  Berikan cairan intra vena sesuai program.

•  Resiko injuri berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau meningkatnya tekanan intrakranial.

Tujuan : Anak terbebas dari injuri.

Intervensi :

•  Kaji status neurologis anak: perubahan kesadaran, kurangnya respon terhadap nyeri, menurunnya refleks, perubahan pupil, aktivitas pergerakan menurun, dan kejang.

•  Kaji tingkat kesadaran dengan GCS

•  Monitor tanda-tanda vital anak setiap jam atau sesuai dengan protokol.

•  Berikan istirahat antara intervensi atau pengobatan.

•  Berikan analgetik sesuai program.

•  Nyeri berhubungan dengan trauma kepala.

Tujuan : Anak akan merasa nyaman yang ditandai dengan anak tidak mengeluh nyeri, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.

Intervensi :

•  Kaji keluhan nyeri dengan menggunakan skala nyeri, catat lokasi nyeri, lamanya, serangannya, peningkatan nadi, nafas cepat atau lambat, berkeringat dingin.

•  Mengatur posisi sesuai kebutuhan anak untuk mengurangi nyeri.

•  Kurangi rangsangan.

•  Pemberian obat analgetik sesuai dengan program.

•  Ciptakan lingkungan yang nyaman termasuk tempat tidur.

•  Berikan sentuhan terapeutik, lakukan distraksi dan relaksasi.

•  Resiko infeksi berhubungan dengan adanya injuri.

Tujuan : Anak akan terbebas dari infeksi yang ditandai dengan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi: suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada pus dari luka, leukosit dalam batas normal.

Intervensi :

•  Kaji adanya drainage pada area luka.

•  Monitor tanda-tanda vital: suhu tubuh.

•  Lakukan perawatan luka dengan steril dan hati-hati.

•  Kaji tanda dan gejala adanya meningitis, termasuk kaku kuduk, iritabel, sakit kepala, demam, muntah dan kenjang.

•  Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala.

Tujuan : Anak dan orang tua akan menunjukkan rasa cemas berkurang yang ditandai dengan tidak gelisah dan orang tua dapat mengekspresikan perasaan tentang kondisi dan aktif dalam perawatan anak.

Intervensi :

•  Jelaskan pada anak dan orang tua tentang prosedur yang akan dilakukan, dan tujuannya.

•  Anjurkan orang tua untuk selalu berada di samping anak.

•  Ajarkan anak dan orang tua untuk mengekspresikan perasaan.

•  Gunakan komunikasi terapeutik.

•  Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi.

Tujuan : Tidak ditemukan tanda-tanda gangguan integritas kulit yang ditandai dengan kulit tetap utuh.

Intervensi :

•  Lakukan latihan pergerakan (ROM).

•  Pertahankan posisi postur tubuh yang sesuai.

•  Rubah posisi setiap 2 jam sekali atau sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak.

•  Kaji area kulit: adanya lecet.

•  Lakukan “back rub” setelah mandi di area yang potensial menimbulkan lecet dan pelan-pelan agar tidak menimbulkan nyeri.

KESIMPULAN

Trauma kepala terdiri dari trauma kulit kepala, tulang kranial dan otak. Klasifikasi cedera kepala meliputi trauma kepala tertutup dan trauma kepala terbuka yang diakibatkan oleh mekanisme cedera yaitu cedera percepatan (aselerasi) dan cedera perlambatan (deselerasi).

Cedera kepala primer pada trauma kepala menyebabkan edema serebral, laserasi atau hemorragi. Sedangkan cedera kepala sekunder pada trauma kepala menyebabkan berkurangnya kemampuan autoregulasi pang pada akhirnya menyebabkan terjadinya hiperemia (peningkatan volume darah dan PTIK). Selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya cedera fokal serta cedera otak menyebar yang berkaitan dengan kerusakan otak menyeluruh.

Komplikasi dari trauma kepala adalah hemorragi, infeksi, odema dan herniasi. Penatalaksanaan pada pasien dengan trauma kepala adalah dilakukan observasi dalam 24 jam, tirah baring, jika pasien muntah harus dipuasakan terlebih dahulu dan kolaborasi untuk pemberian program terapi serta tindakan pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA

•  Suriadi & Rita Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak , Edisi I. Jakarta: CV Sagung Seto; 2001.

•  Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik , Volume II. Jakarta: EGC; 1996.

•  Cecily LB & Linda AS. Buku Saku Keperawatan Pediatrik . Edisi 3. Jakarta: EGC; 2000.

•  Suzanne CS & Brenda GB. Buku Ajar Medikal Bedah . Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC; 1999.

GLUKOMA

A. DEFINISI

Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)

B. ETIOLOGI
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
– Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
– Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil

C. KLASIFIKASI
1. Glaukoma primer
– Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
– Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
– Perubahan lensa
– Kelainan uvea
– Trauma
– bedah
3. Glaukoma kongenital
– Primer atau infantil
– Menyertai kelainan kongenital lainnya
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

Berdasarkan lamanya :
1. GLAUKOMA AKUT
a. Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.

c. Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
d. Manifestasi klinik
1). Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala .
2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3). Tajam penglihatan sangat menurun.
4). Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5). Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6). Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7). Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8). Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9). Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan.
10). Tekanan bola mata sangat tinggi.
11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.
Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
f. Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.

2. GLAUKOMA KRONIK
a. Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b. Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c. Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
e. Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.


D. PATHWAY GLAUKOMA


E. ASUHAN KEPERAWATAN
1). Pengkajian
a) Aktivitas / Istirahat :
Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b) Makanan / Cairan :
Mual, muntah (glaukoma akut)


c) Neurosensori :
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda :
Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
Peningkatan air mata.
d) Nyeri / Kenyamanan :
Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e) Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin.
Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
2). Pemeriksaan Diagnostik
(1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
(2) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3) Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
(4) Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
(5) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
(6) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
(7) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
(8) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK.
(9) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

F. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
– pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
– pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
– ekspresi wajah rileks
Intervensi :
– kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
– kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
– anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
– atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
– Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
– Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
– Berikan analgesik sesuai anjuran
b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
– Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
– Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Intervensi :
– Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
– Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
– Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis
– Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
– Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
c. Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan : Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
– Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi.
– Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
– Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi :
– Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
– Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
– Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
– Identifikasi sumber/orang yang menolong.

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
– pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
– Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
– Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
– Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
– Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
– Izinkan pasien mengulang tindakan.
– Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
– Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan,
jantung tak teratur dll.
– Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup
– Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men dorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
– Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
– Tekankan pemeriksaan rutin.
– Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma.

DAFTAR PUSTAKA

1. Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982

2. Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.

3. Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992

4. Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000

5. Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998

SINUSITIS

DEFINISI :
Sinusitis adalah : merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus.

ETIOLOGI
a. Rinogen
Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh :
• Rinitis Akut (influenza)
• Polip, septum deviasi
b. Dentogen
Penjalaran infeksidari gigi geraham atas
Kuman penyebab :
– Streptococcus pneumoniae
– Hamophilus influenza
– Steptococcus viridans
– Staphylococcus aureus
– Branchamella catarhatis

asuhan keperawatan pada penyakit tht sinusitis oma omk otitis media kronis akut

GEJALA KLINIS :
a. Febris, filek kental, berbau, bisa bercampur darah
b. Nyeri :
– Pipi : biasanya unilateral
– Kepala : biasanya homolateral, terutama pada sorehari
– Gigi (geraham atas) homolateral.
c. Hidung :
– buntu homolateral
– Suara bindeng.
CARA PEMERIKSAAN
a. Rinoskopi anterior :
– Mukosa merah
– Mukosa bengkak
– Mukopus di meatus medius.
b. Rinoskopi postorior
– mukopus nasofaring.
c. Nyeri tekan pipi yang sakit.
d. Transiluminasi : kesuraman pada ssisi yang sakit.
e. X Foto sinus paranasalis
– Kesuraman
– Gambaran “airfluidlevel”
– Penebalan mukosa

PENATALAKSANAAN :
a. Drainage
– Medical :
* Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak)
* Dekongestan oral :Psedo efedrin 3 X 60 mg
– Surgikal : irigasi sinus maksilaris.
b. antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu :
– ampisilin 4 X 500 mg
– amoksilin 3 x 500 mg
– Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
– Diksisiklin 100 mg/hari.
c. Simtomatik
– parasetamol., metampiron 3 x 500 mg.
d. Untuk kromis adalah :
– Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
– Irigasi 1 x setiap minggu ( 10-20)
– Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)

TINJAUAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN :
1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,
2. Riwayat Penyakit sekarang :
3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.
4. Riwayat penyakit dahulu :
– Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
– Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
– Pernah menedrita sakit gigi geraham

5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

6. Riwayat spikososial
a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih0
b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
7. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksanahidup sehat
– Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping
b. Pola nutrisi dan metabolisme :
– biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
c. Pola istirahat dan tidur
– selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
d. Pola Persepsi dan konsep diri
– klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
e. Pola sensorik
– daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).

8. Pemeriksaan fisik
a. status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).

Data subyektif :
1. Observasi nares :
a. Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya
b. Riwayat pembedahan hidung atau trauma
c. Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinyya , lamanya.

2. Sekret hidung :
a. warna, jumlah, konsistensi secret
b. Epistaksis
c. Ada tidaknya krusta/nyeri hidung.

3. Riwayat Sinusitis :
a. Nyeri kepala, lokasi dan beratnya
b. Hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca.
4. Gangguan umum lainnya : kelemahan

Data Obyektif
1. Demam, drainage ada : Serous
Mukppurulen
Purulen
2. Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami radang ? Pucat, Odema keluar dari hidng atau mukosa sinus
3. Kemerahan dan Odema membran mukosa
4. Pemeriksaan penunjung :
a. Kultur organisme hidung dan tenggorokan
b. Pemeriksaan rongent sinus.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung
2. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis(irigasi sinus/operasi)
3. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu., nyeri sekunder peradangan hidung
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus
6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan pilek

PERENCANAAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung

Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
– Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
– Klien tidak menyeringai kesakitan

INTERVENSI RASIONAL

INTERVENSI
RASIONAL
a. Kaji tingkat nyeri klien
b. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
c. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
d. Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien

e. Kolaborasi dngan tim medis :
1) Terapi konservatif :
– obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung
– Drainase sinus
2) Pembedahan :
– Irigasi Antral :
Untuk sinusitis maksilaris
– Operasi Cadwell Luc

a. Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya


b. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri


c. Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri


d. Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.


e. Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien

2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi)
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
Kriteria :
– Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
– Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.

INTERVENSI RASIONAL

INTERVENSI
RASIONAL
a. Kaji tingkat kecemasan klien

b. Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :
– Temani klien
– Perlihatkan rasa empati( datang dengan menyentuh klien )

c. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti

d. Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
– Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
– Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan

e. Observasi tanda-tanda vital.

f. Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis

a. Menentukan tindakan selanjutnya

b. Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan

c. Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif

d. Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.

e. Mengetahui perkembangan klien secara dini.
f. Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien


3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinus
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous,purulen) dikeluarkan
Kriteria :
– Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
– Jalan nafas kembali normal terutama hidung


INTERVENSI RASIONAL

INTERVENSI
RASIONAL
a. kaji penumpukan secret yang ada

b. Observasi tanda-tanda vital.

c. Koaborasi dengan tim medis untuk pembersihan sekret

a. Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
b. Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
c. Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria :
– Klien menghabiskan porsi makannya
– Berat badan tetap (seperti sebelum sakit ) atau bertambah

INTERVENSI RASIONAL

INTERVENSI
RASIONAL
a. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien
b. Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan

c. Catat intake dan output makanan klien.
d. Anjurkan makan sediki-sedikit tapi sering

e. Sajikan makanan secara menarik

a. Mengetahui kekurangan nutrisi klien
b. Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi meningkatkan pemenuhan nutrisi
c. Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien
d. Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang berlebihan pada lambung
e. Mengkatkan selera makan klien

5. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses peradangan
Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria :
– Klien tidur 6-8 jam sehari
INTERVENSI RASIONAL

INTERVENSI
RASIONAL
a. kaji kebutuhan tidur klien.
b. ciptakan suasana yang nyaman.
c. Anjurkan klien bernafas lewat mulut
d. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat
a. Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
b. Agar klien dapat tidur dengan tenang
c. Pernafasan tidak terganggu.
d. Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000

Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman diagnosis dan Terapi Rumah sakit Umum Daerah dr Soetom FK Unair, Surabaya
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta

DEPRESI

•  MASALAH UTAMA Gangguan alam perasaan: depresi.

•  PROSES TERJADINYA MASALAH

Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa -dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.

Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang berat dan dimanifestasikan dengan gangguan fungsi social dan fungsi fisik yang hebat, lama dan menetap pada individu yang bersangkutan.

Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagai­nya.

Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedah­an, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.

Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.

perilaku kekerasan,skizofrenia,waham,depresi

MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

•  Gangguan alam perasaan: depresi

•  Data subyektif:

Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering mengemukakan keluhan somatic seperti ; nyeri abdomen dan dada, anoreksia, sakit punggung,pusing. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri. Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk konsentrasi.

•  Data obyektif:

Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan lang­kah yang diseret.Kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering me­nangis. Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi tergang­gu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu. Pada pasien depresi juga mengalami kebersihan diri kurang dan keterbelakangan psikomotor.

•  Koping maladaptif

•  DS : Menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.

•  DO : Nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

Mekanisme koping yang digunakan adalah denial dan supresi yang berlebihan .

•  DIAGNOSA KEPERAWATAN

•  Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.

•  Gangguan lam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

•  RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

•  Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.

•  Tujuan khusus

•  Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan:

•  Perkenalkan diri dengan klien dengan cara menyapa klien dengan ramah, baik verbal dan non verbal, selalu kontak mata selama interaksi dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

•  Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati

•  Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan.

•  Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginannya

•  Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah dimengerti

•  Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.

•  Klien dapat menggunakan koping adaptif

•  Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien.

•  Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan

•  Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan

•  Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.

•  Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima

•  Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih

•  Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.

•  Klien terlindung dari perilaku mencederai diri

Tindakan:

•  Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.

•  Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.

•  Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.

•  Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas.

4. Klien dapat meningkatkan harga diri

Tindakan:

4.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

4.2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.

4.3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, k eyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).

5. Klien dapat menggunakan dukungan sosial

Tindakan:

5.1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).

5.2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).

5.3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).

•  Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat

Tindakan:

6.1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).

6.2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).

6.3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.

6.4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

Pengertian
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)

Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)

Patofisiologi
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma *jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera.
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.


Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior.
Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.

Manifestasi Klinis
Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal (jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya. Nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh).

Pemeriksaan Diagnostik
1. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang
2. M R I : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal lumbal.
3. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada M R I
4. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang terkena.

Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit neurologik.
Macam :
a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral
b. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks
c. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
d. Disektomi dengan peleburan.
2. Immobilisasi
Immobilisasi dengan mengeluarkan kolor servikal, traksi, atau brace.
3. Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan beban.
4. Meredakan Nyeri
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.

Pengkajian
1. Anamnesa
Keluhan utama, riwayat perawatan sekarang, Riwayat kesehatan dahulu, Riwayat kesehatan keluarga
2. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian terhadap masalah pasien terdiri dari awitan, lokasi dan penyebaran nyeri, parestesia, keterbatasan gerak dan keterbatasan fungsi leher, bahu dan ekstremitas atas. Pengkajian pada daerah spinal servikal meliputi palpasi yang bertujuan untuk mengkaji tonus otot dan kekakuannya.
3. Pemeriksaan Penunjang


Diagnosa Keperawatan yang Muncul
1. Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus
3. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual
4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis dan tindakan pengobatan.

Intervensi
1. Nyeri b.d kompresi saraf, spasme otot
a. Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus / yang memperberat. Tetapkan skala 0 – 10
b. Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi telentang
c. Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi
d. Bantu pemasangan brace / korset
e. Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
f. Ajarkan teknik relaksasi
g. Kolaborasi : analgetik, traksi, fisioterapi

2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus
a. Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
c. Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelah rehap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu.
d. Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi
e. Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti tongkat.
f. Kolaborasi : analgetik

3. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual
a. Kaji tingkat ansietas pasien
b. Berikan informasi yang akurat
c. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah seperti kemungkinan paralisis, pengaruh terhadap fungsi seksual, perubahan peran dan tanggung jawab.
d. Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhannya.
e. Libatkan keluarga

4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis
a. Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis dan pembatasan kegiatan
b. Berikan informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk berdiri, mengangkat dan menggunakan sepatu penyokong
c. Diskusikan mengenai pengobatan dan efek sampingnya.
d. Anjurkan untuk menggunakan papan / matras yang kuat, bantal kecil yang agak datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup.
e. Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama
f. Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu diperhatikan seperti nyeri tusuk, kehilangan sensasi / kemampuan untuk berjalan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC, 2002
2. Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2000.
3. Tucker,Susan Martin,Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC, 1998.
4. Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996.
5. Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat, 1996.
6. Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta : Gajahmada University Press, 1993

SUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA

Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

Jenis – jenis operasi sectio caesarea

• Abdomen (sectio caesarea abdominalis)

• Sectio caesarea transperitonealis

• SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

• Mengeluarkan janin dengan cepat

• Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

• Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan

• Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik

• Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan

• SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm

Kelebihan :

• Penjahitan luka lebih mudah

• Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

• Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum

• Perdarahan tidak begitu banyak

• Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil

Kekurangan :

• Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak

• Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

• SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal

• Vagina (section caesarea vaginalis)

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :

  1. Sayatan memanjang ( longitudinal )

  2. Sayatan melintang ( Transversal )

  3. Sayatan huruf T ( T insicion )

Indikasi

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )

• Fetal distress

• His lemah / melemah

• Janin dalam posisi sungsang atau melintang

• Bayi besar ( BBL ³ 4,2 kg )

• Plasenta previa

• Kalainan letak

• Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul )

• Rupture uteri mengancam

• Hydrocephalus

• Primi muda atau tua

• Partus dengan komplikasi

• Panggul sempit

• Problema plasenta

Komplikasi

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :

• Infeksi puerperal ( Nifas )

• Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari

• Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung

• Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

• Perdarahan

• Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

• Perdarahan pada plasenta bed

• Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi

• Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya

Post Partum

DEFINISI PUERPERIUM / NIFAS

Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu.

(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)

adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)

PERIODE

Masa nifas dibagi dalam 3 periode:

• Early post partum

Dalam 24 jam pertama.

• Immediate post partum

Minggu pertama post partum.

• Late post partum

Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.

TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN

• Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.

• Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

• Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

• Memberikan pelayanan keluarga berencana.

TANDA DAN GEJALA

• Perubahan Fisik

• Sistem Reproduksi

• Uterus

• Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil.

Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu.

• Lochea

• Komposisi

Jaringan endometrial, darah dan limfe.

• Tahap

• Rubra (merah) : 1-3 hari.

• Serosa (pink kecoklatan)

• Alba (kuning-putih) : 10-14 hari

Lochea terus keluar sampai 3 minggu.

• Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.

Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.

• Siklus Menstruasi

Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu tidak menyusui akan kembali ke siklus normal.

• Ovulasi

Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi pada bulan ke-3 atau lebih.

Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.

• Serviks

Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.

• Vagina

Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.

• Perineum

• Episiotomi

Penyembuhan dalam 2 minggu.

• Laserasi

TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot

TK II : Meluas sampai dengan otot perineal

TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter

TK IV : melibatkan dinding anterior rektal

• Payudara

Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.

• Sistem Endokrin

• Hormon Plasenta

HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus menstruasi.

• Hormon pituitari

Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum.

• Sistem Kardiovaskuler

• Tanda-tanda vital

Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.

• Volume darah

Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu

Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.

• Perubahan hematologik

Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.

• Jantung

Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.

• Sistem Respirasi

Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum.

• Sistem Gastrointestinal

• Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.

• Nafsu makan kembali normal.

• Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.

• Sistem Urinaria

• Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.

• Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.

• Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.

• Sistem Muskuloskeletal

Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.

• Sistem Integumen

Hiperpigmentasi perlahan berkurang.

• Sistem Imun

Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.

ASUHAN KEPERAWATAN

POST PARTUM FISIOLOGIS

• PENGKAJIAN

Pemeriksaan Fisik

• Monitor Keadaan Umum Ibu

• Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit

• 24 jam I : tiap 4 jam

• Setelah 24 jam : tiap 8 jam

• Monitor Tanda-tanda Vital

• Payudara

Produksi kolustrum 48 jam pertama.

• Uterus

Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran.

• Insisi SC

Balutan dan insisi, drainase, edema, dan perubahan warna.

• Kandung Kemih dan Output Urine

Pola berkemih, jumlah distensi, dan nyeri.

• Bowel

Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus.

• Lochea

Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan.

• Perineum

Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar, hematoma, edema, discharge dan approximation. Kemerahan menandakan infeksi.

• Ekstremitas

Tanda Homan, periksa redness, tenderness, warna.

• Diagnostik

Jumlah darah lengkap, urinalisis.

Perubahan Psikologis

• Peran Ibu meliputi:

Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor keluarga, usia ibu, konflik peran.

• Baby Blues:

Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan psikosis.

• Perubahan Psikologis

• Perubahan peran, sebagai orang tua.

• Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi.

• Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya pada hari III dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran yang mempengaruhi emosi ibu.

• Faktor-faktor Risiko

• Duerdistensi uterus

• Persalinan yang lama

• Episiotomi/laserasi

• Ruptur membran prematur

• Kala II persalinan

• Plasenta tertahan

• Breast feeding

PANGGUL SEMPIT

Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul

Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :

• Kesempitan pintu atas panggul

• kesempitan bidang bawah panggul

• kesempitan pintu bawah panggul

• kombinasi kesempitan pintu atas pangul, bidang tengah dan pintu bawah panggul.

Kesempitan pintu atas panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit kalau conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm

Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ± 9½ cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter antara posterior maupun diameter transversa sempit.

Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :

• Kelainan karena gangguan pertumbuhan

• Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil

• Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa

• Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran muka belakang

• Panggul corong :pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit

• Panggul belah : symphyse terbuka

• kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya

• Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan lain-lain

• Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang

• Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring

• kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang

• kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong

• sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring

• kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah

coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.

Disamping itu mungkin pula ada exostase atau fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.

Pengaruh panggul sempit pada kehamilan dan persalinan

Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun persalinan.

• Pengaruh pada kehamilan

• Dapat menimbulkan retrafexio uteri gravida incarcerata

• Karena kepala tidak dapat turun maka terutama pada primi gravida fundus atau gangguan peredaran darah

Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung

Perut yang menggantung pada seorang primi gravida merupakan tanda panggul sempit

• Kepala tidak turun kedalam panggul pada bulan terakhir

• Dapat menimbulkan letak muka, letak sungsang dan letak lintang.

• Biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil dari pada ukuran bayi pukul rata.

• Pengaruh pada persalinan

• Persalinan lebih lama dari biasa.

• Karena gangguan pembukaan

• Karena banyak waktu dipergunakan untuk moulage kepala anak

Kelainan pembukaan disebabkan karena ketuban pecah sebelum waktunya, karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan cervix karena tertahan pada pintu atas panggul

• Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau posisi misalnya :

• Pada panggul picak sering terjadi letak defleksi supaya diameter bitemporalis yang lebih kecil dari diameter biparietalis dapat melalui conjugata vera yang sempit itu.

Asynclitismus sering juga terjadi, yang diterapkan dengan “knopfloch mechanismus” (mekanisme lobang kancing)

• Pada oang sempit kepala anak mengadakan hyperflexi supaya ukuran-ukuran kepala belakang yang melalui jalan lahir sekecil-kecilnya

• Pada panggul sempit melintang sutura sagitalis dalam jurusan muka belang (positio occypitalis directa) pada pintu atas panggul.

• Dapat terjadi ruptura uteri kalau his menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul sempit

• Sebaiknya jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit dapat terjadi infeksi intra partum. Infeksi ini tidak saja membahayakan ibu tapi juga dapat menyebabkan kematian anak didalam rahim.

Kadang-kadang karena infeksi dapat terjadi tympania uteri atau physometra.

• Terjadi fistel : tekanan yang lama pada jaringan dapat menimbulkan ischaemia yang menyebabkan nekrosa.

Nekrosa menimbulkan fistula vesicovaginalis atau fistula recto vaginalis. Fistula vesicovaginalis lebih sering terjadi karena kandung kencing tertekan antara kepala anak dan symphyse sedangkan rectum jarang tertekan dengan hebat keran adanya rongga sacrum.

• Ruptur symphyse dapat terjadi , malahan kadang – kadang ruptur dari articulatio scroilliaca.

Kalau terjadi symphysiolysis maka pasien mengeluh tentang nyeri didaerah symphyse dan tidak dapat mengangkat tungkainya.

• Parase kaki dapat menjelma karena tekanan dari kepala pada urat-urat saraf didalam rongga panggul , yang paling sering adalah kelumpuhan N. Peroneus .

• Pengaruh pada anak

• Patus lama misalnya: yang lebih dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam sangat menambah kematian perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya.

• Prolapsus foeniculli dapat menimbulkan kematian pada anak

• Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak. Terutama kalau diameter biparietalis berkurang lebih dari ½ cm. selain itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan. Terutama pada bagian yang melalui promontorium (os parietal) malahan dapat terjadi fraktur impresi.

Persangkaan Panggul sempit

Seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau :

• Aprimipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36

• Pada primipara ada perut menggantung

• pada multipara persalinan yang dulu – dulu sulit

• kelainan letak pada hamil tua

• kelainan bentuk badan (Cebol, scoliose,pincang dan lain-lain)

• osborn positip

Prognosa

Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai faktor

• Bentuk panggul

• Ukuran panggul, jadi derajat kesempitan

• Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul

• Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala

• Presentasi dan posisi kepala

• His

Diantara faktor faktor tersebut diatas yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul : karena itu ukuran – ukuran tersebut sering menjadi dasar untuk meramalkan jalannya persalinan.

Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir dengan selamat per vaginam kalau CV kurang dari 8 ½ cm.

Sebaliknya kalau CV 8 ½ cm atau lebih persalinan pervaginam dapat diharapkan berlangsung selamat.

Karena itu kalau CV < 8 ½ cm dilakukan SC primer ( panggul demikuan disebut panggul sempit absolut )

Sebaliknya pada CV antara 8,5-10 cm hasil persalinan tergantung pada banyak faktor :

• Riwayat persalinan yang lampau

• besarnya presentasi dan posisi anak

• pecahnya ketuban sebelum waktunya memburuknya prognosa

• his

• lancarnya pembukaan

• infeksi intra partum

• bentuk panggul dan derajat kesempitan

karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada panggul dengan CV antara 8 ½ – 10cm (sering disebut panggul sempit relatip) maka pada panggul sedemikian dilakukan persalinan percobaan.

Persalinan percobaan

Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan per vaginam pada wanita wanita dengan panggul yang relatip sempit. Persalinan percobaan dilakukan hanya pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya.

Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir per vaginam.

Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forcepe atau vacum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik.

Kita menghentikan presalianan percobaan kalau:

• – pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuaannya

• Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik

• Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis

• – setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban,kepala dalam 2 jam tidak mau masuk ke dalam rongga panggul walaupun his cukup kuat

• Forcepe gagal

Dalam keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan SC. Kalau SC dilakukan atas indikasi tersebut dalam golongan 2 (dua) maka pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya dilakukan persalinan percobaan lagi

Dalam istilah inggris ada 2 macam persalinan percobaan :

• Trial of labor : serupa dengan persalinan percobaan yang diterngkan diatas

• test of labor : sebetulnya merupakan fase terakhir dari trial of labor karena test of labor mulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam sesudahnya.

Kalau dalam 2 jam setelah pembukaan lengkap kepala janin tidak turun sampai H III maka test of labor dikatakan berhasil.

Sekarang test of labor jarang dilakukan lagi karena:

• Seringkali pembukaan tidak menjadi lengkap pada persalinan dengan panggul sempit

• kematian anak terlalu tinggo dengan percobaan tersebut

kesempitan bidang tengah panggul

bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spinae ossis ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5

Ukuran yang terpenting dari bidang ini adalah :

• Diameter transversa ( diameter antar spina ) 10 ½ cm

• diameter anteroposterior dari pinggir bawah symphyse ke pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5 11 ½ cm

• diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antar spina ke pertemuan sacral 4 dan 5 5 cm

dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit :

• Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 atau kurang ( normal 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm)

• diameter antara spina < 9 cm

ukuran – ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis, harus diukur secara rontgenelogis, tetapi kita dapat menduga kesempitan bidang tengah panggul kalau :

• Spinae ischiadicae sangat menonjol

• Kalau diameter antar tuber ischii 8 ½ cm atau kurang

Prognosa

Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan gangguan putaran paksi.kalau diameter antar spinae 9 cm atau kurang kadang-kadang diperlukan SC.

Terapi

Kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya dipergunakan ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.

Kesempitan pintu bawah panggul:

Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak antar tuberum sebagai dasar bersamaan

Ukuran – ukuran yang penting ialah :

• Diameter transversa (diameter antar tuberum ) 11 cm

• diameter antara posterior dari pinggir bawah symphyse ke ujung os sacrum 11 ½ cm

• diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os sacrum 7 ½ cm

pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau kurang

kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.

Menurut thomas dustacia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm )

Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC bisanya dapat diselesaikan dengan forcepe dan dengan episiotomy yang cukup luas.

Pengkajian

• Sirkulasi

Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler ( peningkatan resiko pembentukan thrombus )

• integritas ego

perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis

• Makanan / cairan

Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis

• Pernafasan

Adanya infeksi, kondisi yang kronik/ batuk, merokok

• Keamanan

• Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan

• Adanya defisiensi imun

• Munculnya kanker/ adanya terapi kanker

• Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/ reaksi anestesi

• Riwayat penyakit hepatic

• Riwayat tranfusi darah

• Tanda munculnya proses infeksi

Proritas Keperawatan

• Mengurangi ansietas dan trauma emosional

• Menyediakan keamanan fisik

• Mencegah komplikasi

• Meredakan rasa sakit

• Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan

• Menyediakan informasi mengenai proses penyakit

Diagnosa Keperawatan

• Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan

• Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri

• Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas

• Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka, penurunan masukan ( sekunder akibat nyeri, mual, muntah )

ASKEP DIARE

Pengertian

Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.

Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.

Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

Penyebab

Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:

• Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:

• Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.

• Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.

1. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:

• malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.

• Kurang kalori protein.

• Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

2. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Gangguan gizi

3. Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:

• Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.

• Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

• Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

4. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

• Manifestasi Klinis Diare

1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.

2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.

3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.

5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.

6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.

7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).

8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).

Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan tinja

• Makroskopis dan mikroskopis

• PH dan kadar gula dalam tinja

• Bila perlu diadakan uji bakteri

1. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.

2. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

3. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

Komplikasi

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

2. Renjatan hipovolemik.

3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).

4. Hipoglikemia.

5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.

6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.

Derajat dehidrasi

Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:

• Kehilangan berat badan

• Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.

• Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.

• Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%