Bekas Seksio Sesarea

Bekas Seksio Sesarea

BATASAN

Tindakan pembedahan untuk melahirkan janin per-abdominam pada kehamilan ³ 28 minggu atau berat janin > 1000 gram.

KRITERIA DIAGNOSIS

Anamnesis

Riwayat seksio sesarea yang lalu (kapan, indikasi, dimana, operator, jenis sayatan uterus, penyembuhan luka, keadaan bayi, penyulit, dan jumlah operasi yang pernah dijalani). Apakah ada persalinan per vaginam sebelum dan atau setelah seksio sesarea yang lalu. Keadaan kehamilan saat ini (HTA, keluhan, periksa hamil dimana dan oleh siapa).

Pemeriksaan Status Generalis

pemeriksaan meliputi Tanda vital, tinggi badan dan berat badan ibu.

Pemeriksaan Status Obstetri
Periksa Luar : parut bekas seksio sesarea, Leopold, tinggi fundus uteri dalam sentimeter, dan denyut jantung janin (DJJ).
Inspekulo : dilakukan pada saat pertama kali periksa hamil atau bila inpartu.
Periksa Dalam : dilakukan untuk menilai keadaan awal persalinan dan untuk pengamatan kemajuan persalinan (dilengkapi Partograf WHO).
Pelvimetri Klinis : dilakukan bila kecurigaan panggul sempit belum ditegakkan diagnosisnya melalui pelvimetri radiologis atau pada pasien tersebut belum pernah dilakukan pelvimetri.

DIAGNOSIS BANDING : Tidak ada

PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. USG : biometri, indeks cairan amnion, letak dan derajat maturasi plasenta, kelainan bawaan, tebal segmen bawah uterus. Bila pada pemeriksaan transabdominal didapatkan ketebalan SBU > 3,5 mm atau pada USG transvaginal ketebalan lapisan miometrium didaerah SBU > 2,5 mm, memiliki kemungkinan untuk partus pervaginam dengan resiko dehisen sekitar 1,3% (Asakura H dkk, 2000)
  1. Rontgen Pelvimetri : pada kecurigaan panggul sempit.

PENATALAKSANAAN

modifikasi Skor Alamia

Tabel 1 Modifikasi Skor Alamia

Skor Alamia Modifikasi

Riwayat persalinan pervaginam sebelumnya

Indikasi SC sebelumnya :

Sungsang, gawat janin, plasenta previa, elektif

Distosia pada pembukaan < 5 cm

Distosia pada pembukaan > 5 cm

Dilatasi serviks :

> 4 cm

> 2,5 < 4 cm

< 2,5 cm

Presentasi janin belum mencapai bidang Hodge II

Panjang serviks ≤ 1 cm

Persalinan timbul spontan

Nyeri suprasimpisis

Ketebalan SBU > 3,5 mm

Ketebalan SBU ≤ 3,5 mm

Nilai

2

2

1

0

2

1

0

1

1

1

2

2

0

Skor 7 – 10, keberhasilan 94,5%

4 – 6, keberhasilan 78,8%

≥ 4 Partus Perabdominam

< 4 Partus Pervaginam

0 – 3, keberhasilan 60,0%

Seksio Sesarea elektif / emergensi bila didapatkan hal berikut :

  1. Seksio sesarea terdahulu jenis klasik atau korporal.
  2. Penyembuhan luka operasi buruk (luka uterus).
  3. Sudah dua kali atau lebih seksio sesarea.
  4. Disertai penyulit seperti : kelainan letak, kelainan presentasi, posterm dengan skor pelvik rendah, plasenta praevia, disproporsi kepala panggul, suspek disproporsi kepala panggul, distosia, dll.
  5. Jarak kehamilan sekarang dengan SC terdahulu kurang dari satu tahun.
  6. Gawat janin dengan syarat partus per-vaginam belum terpenuhi.
  7. Infertilitas

PERAWATAN RUMAH SAKIT
Di rawat pada kehamilan 38 minggu apabila tingkat pendidikan rendah, transportasi sulit, tempat tinggal jauh, dan untukkegiatan pendidikan.

PENYULIT

Ruptura uteri, kematian janin dan atau ibu, luka operasi terinfeksi, dan cedera organ.

PERSETUJUAN TINDAK MEDIK

Dibuat secara tertulis saat pasien masuk perawatan. Persetujuan tindakan medik dan tindakan operatif memakai formulir khusus yang harus ditandatangani oleh pasien, suami/yang mewakili, dokter operator dan saksi (paramedis). Khusus untuk tindakan tubektomi harus ada ijin tertulis dari suami (tidak boleh diwakilkan).

LAMA PERAWATAN : Partus per vaginam : 2 – 3 hari; bila seksio sesarea : 3 – 5 hari.
MASA PEMULIHAN : Partus per vaginam : 42 hari; seksio sesarea : 3 bulan.
PATOLOGI ANATOMI

Tidak diperlukan kecuali bila dilakukan histerektomi atau dijumpai keadaan patologi saat operasi.

PUSTAKA

1. POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bagian I. Cetakan Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1994.

2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al. In : Williams Obstetrics. 21st Ed, McGraw Hill, New York, 2001.

3. RSPAD Gatot Soebroto, Departemen Obstetri dan Ginekologi. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta, 1996.

Solusio Plasenta

Solusio Plasenta

Terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang implantasinya normal, sebelum janin dilahirkan, pada masa kehamilan atau persalinan, disertai perdarahan pervaginam, pada usia kehamilan ³ 20 minggu.

KRITERIA DIAGNOSIS

Anamnesis

Perdarahan timbul akibat adanya trauma pada abdomen atau timbul spontan akibat adanya penyulit pada kehamilan yang merupakan predisposisi solusio plasenta. Faktor predisposisi solusio plasenta antara lain : usia ibu semakin tua, multi paritas, preeklampsia, hipertensi kronik, ketuban pecah pada kehamilan preterm, merokok, trombofilia, pengguna kokain, riwayat solusio plasenta sebelumnya, dan mioma uteri. Darah yang keluar tidak sesuai dengan beratnya penyakit, berwarna kehitaman, disertai rasa nyeri pada daerah perut akibat kontraksi uterus atau rangsang peritoneum. Sering terjadi pasien tidak lagi merasakan adanya gerakan janin.

Pemeriksaan Status Generalis

Periksa keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital. Hati-hati adanya tanda pra renjatan (pra syok) yang tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang keluar pervaginam.

Pemeriksaan Status Obstetri

Periksa Luar : uterus terasa tegang atau nyeri tekan, bagian-bagian janin sulit diraba, bunyi jantung janin sering tidak terdengar atau terdapat gawat janin, apakah ada kelainan letak atau pertumbuhan janin terhambat.

Inspekulo : apakah perdarahan berasal dari ostium uteri atau dari kelainan serviks dan vagina. Nilai warna darah, jumlahnya, apakah encer atau disertai bekuan darah. Apakah tampak pembukaan serviks, selaput ketuban, bagian janin atau plasenta.

Periksa Dalam : perabaan fornises hanya dilakukan pada janin presentasi kepala, usia gestasi di atas 28 minggu dan curiga plasenta praevia. Nilai keadaan serviks, apakah persalinan dapat terjadi kurang dari 6 jam, berapa pembukaan, apa presentasi janin, dan adakah kelainan di daerah serviks dan vagina.

Pelvimetri Klinis : dilakukan pada kasus yang akan dilahirkan per vaginam dengan usia gestasi ³ 36 minggu atau TBJ ³ 2500 gram.

Klasifikasi Solusio Plasenta

a. Ringan : perdarahan kurang dari 100 – 200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang dari 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg%.

b. Sedang : perdarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pra renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta ¼ sampai 2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120 – 150 mg%.

c. Berat : uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, biasanya janin telah mati, pelepasan plasenta dapat terjadi pada lebih dari 2/3 bagian permukaan atau keseluruhan bagian permukaan.

DIAGNOSIS BANDING

Plasenta praevia, Vasa praevia.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG : menilai implantasi plasenta dan seberapa luas terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya, biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan bawaan dan derajat maturasi plasenta.

Kardiotokografi : pada kehamilan di atas 28 minggu.

Laboratorium : darah perifer lengkap, fungsi hemostasis, fungsi hati, atau fungsi ginjal (disesuaikan dengan beratnya penyulit atau keadaan pasien). Lakukan pemeriksaan dasar : hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu pembekuan darah, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, dan elektrolit plasma.

Pemeriksaan Lain : atas indikasi medik.

KONSULTASI

Spesialis Anak, Spesialis Anestesi dan Spesialis Penyakit Dalam.

TERAPI
Terapi Medik

1. Tidak terdapat renjatan : usia gestasi < 36 minggu atau TBJ < 2500 gram.

a. Ringan : terapi konservatif bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada, janin hidup dan keadaan umum ibu baik) dan dapat dilakukan pemantauan ketat keadaan janin dan ibu. Pasien tirah baring, atasi anemia, USG dan KTG serial (bila memungkinkan) dan tunggu partus normal. Terapi aktif dilakukan bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, kontraksi uterus terus berlangsung, dan dapat mengancam ibu dan atau janin). Bila perdarahan banyak, skor pelvik < 5 atau persalinan masih lama > 6 jam, lakukan seksio sesarea. Bila partus dapat terjadi < 6 jam, amniotomi dan infus oksitosin.

b. Sedang / Berat : resusitasi cairan, atasi anemia (transfusi darah), partus pervaginam bila < 6 jam (amniotomi dan infus oksitosin); bila perkiraan partus > 6 jam, lakukan seksio sesarea.

2. Tidak terdapat renjatan : usia gestasi ³ 36 minggu atau ³ 2500 gram.

Solusio plasenta derajat ringan/sedang/berat bila persalinan lebih dari 6 jam, lakukan seksio sesarea.

3. Terdapat renjatan :

Atasi renjatan, resusitasi cairan dan transfusi darah. Bila renjatan tidak teratasi, upayakan tindakan penyelamatan yang optimal. Bila renjatan dapat diatasi, pertimbangkan untuk seksio sesarea bila janin hidup atau partus lebih lama dari 6 jam.

Terapi Bedah

1. Partus per vaginam dengan kala dua dipercepat.

2. Seksiosesarea atas indikasi medik.

3. Seksiohisterektomi bila terdapat perdarahan postpartum yang tidak dapat diatasi dengan terapi medikamentosa atau ligasi arteri uterina. Ligasi hipogastrika hanya boleh dilakukan oleh operator yang kompeten.

PERAWATAN RUMAH SAKIT

Setiap pasien dengan perdarahan antepartum perlu segera dirawat.

PENYULIT

Disebabkan oleh  Penyakit Pada ibu : Renjatan, gagal ginjal akut (acute tubular necrosis), Koagulasi Intravaskular Diseminata (disseminated intravascular coagulation), atonia uteri/uterus couvelaire.atau

Pada Janin meliputi asfiksia, BBLR, respiratory dystress syndrome (RDS).

Karena Tindakan / Terapi Pada Ibu : reaksi transfusi, kelebihan cairan, renjatan, infeksi, Pada Janin : asfiksia, infeksi, anemia

PERSETUJUAN TINDAK MEDIK

Dibuat saat pasien masuk perawatan di rumah sakit, secara tertulis, berupa persetujuan tindak medik dan tindak operasi (bila diperlukan operasi). Khusus bila akan dilakukan tubektomi, harus ada ijin tertulis dari suami (tidak boleh diwakilkan).

LAMA PERAWATAN

Tindakan Konservatif :Tergantung kondisi ibu dan atau janin.

Tindakan Aktif : pasca Partus Pervaginam : 2 – 3 hari, Pasca Seksio Sesarea : 3 – 5 hari

MASA PEMULIHAN

Partus per vaginam : 42 hari; seksio sesarea : 3 bulan.

Korespondensi

Judi Januadi Endjun, Sanny Santana, Febriansyah Darus, Novi Resistantie, St. Finekri A. Abidin

RSPAD Gatot Soebroto / Departemen Obstetri dan Ginekologi
Divisi Fetometernal
Jakarta
PUSTAKA

1. POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bagian I. Cetakan Kedua. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1994.

2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al. Obstetrical Hemorrhage. In : Williams Obstetrics. 21st Ed, McGraw Hill, New York, 619-670, 2001.

3. RSPAD Gatot Soebroto Departemen Obstetri dan Ginekologi. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta, 1996.

Kala Satu Persalinan

Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Artikel ini akan memberikan gambaran mengenai kala satu persalinan dan asuhan bagi ibu selama waktu tersebut dan juga mendefenisikan proses fisiologis persalinan normal. Juga dijelaskan bagaimana cara memberikan asuhan sayang ibu selama persalinan, melakukan anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik pada ibu dalam persalinan. Selain itu, dikaji pula tentang deteksi dini dan penatalaksanaan awal berbagai masalah dan penyulit, kapan dan bagaimana cara merujuk ibu.

Juga akan dijelaskan tentang penggunaan partograf. Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan dan kewajiban untuk menggunakannya secara rutin pada setiap persalinan. Partograf dapat digunakan untuk deteksi dini masalah dan penyulit untuk sesegera mungkin menatalaksana masalah tersebut atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Partograf tidak digunakan selama fase laten persalinan, instrumen ini merupakan salah satu komponen dari pemantauan dan penatalaksanaan proses persalinan secara lengkap. Pada prinsipnya, setiap penolong persalinan diwajibkan untuk memantau dan mendokumentasikan secara seksama kesehatan dan kenyamanan ibu dan janin dari awal hingga akhir persalinan.

Tujuan

——-

Penolong persalinan akan dapat :

1. Menjelaskan batasan persalinan

2. Menjelaskan batasan kala satu persalinan

3. Membedakan apakah ibu sudah inpartu atau belum

4. Memahami langkah-langkah esensial untuk melakukan anamnesis rutin dan

pemeriksaan fisik pada ibu yang sudah inpartu.

5. Mengidentifikasi kapan ibu berada dalam fase aktif persalinan.

6. Memberikan asuhan sayang ibu selama kala satu persalinan.

7. Penggunaan partograf secara rutin dan tepat untuk mendokumentasikan dan

memantau kemajuan persalinan serta kesehatan dan kenyamanan ibu dan bayi,

penuntun untuk membuat keputusan klinik dan deteksi dini masalah dan

penyulit.

8. Mengambil tindakan secara tepat sasaran dan waktu. Jika terjadi penyulit dan

perlu dirujuk, dapat dilakukan dengan sesegera mungkin.

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.

Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada serviks.

Tanda dan gejala inpartu termasuk :

1. Penipisan dan pembukaan serviks.

2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi

minimal 2 kali dalam 10 menit).

3. Keluarnya lendir bercampur darah melalui vagina.

Fase-fase Kala Satu

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala satu dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.

Fase laten persalinan

– Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebaabkan penipisan dan pembukaan

serviks secara bertahap.

– Pembukaan serviks kurang dari 4 cm.

– Biasanya berlangsung dibawah hingga 8 jamm.

Fase aktif persalinan

– Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnnya meningkat (kontraksi dianggap

adekuat / memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan

berlangsung selama 40 detik atau lebih).

– Serviks membuka dari 4-10 cm, biasanya deengan kecepatan 1 cm atau lebih per

jam hingga pembukaan lengkap (10 cm).

– Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Menyiapkan Kelahiran

Menyiapkan Kelahiran

Tujuan menyiapkan kelahiran :

– Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kkelahiran bayi.

– Menyiapkan semua perlengkapan, bahan-bahaan dan obat-obatan esensial.

– Menyiapkan rujukan.

– Memberikan asuhan sayang ibu selama persaalinan.

– Melakukan upaya pencegahan infeksi yang ddirekomendasikan

Menyiapkan Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran Bayi

________________________________________________________

Hal-hal pokok yang perlu diperhatikan :

– Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan

terlindung dari tiupan angin.

– Sumber air bersih yang mengalir untuk cucci tangan dan mandi ibu sebelum dan

sesudah melahirkan.

– Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang ddididihkan dan didinginkan) untuk

membersihkan vulva dan perineum sebelum periksa dalam selama persalinan

dan membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir.

– Air bersih dalam jumlah yang cukup, kloriin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan

sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan,

dekontaminasi dan proses peralatan.

– Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan.

Pastikan bahwa kamar kecil dan kamar mandi telah didekontaminasi dengan

larutan klorin 0,5%, dibersihkan dengan deterjen dan air sebelum persalinan

dimulai (untuk melindungi ibu dari dari resiko infeksi) dan setelah bayi lahir

(melindungi keluarga terhadap resiko infeksi dari darah dan sekret tubuh ibu).

– Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jallan selama persalinan, melahirkan bayi

dan memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan. Pastikan bahwa

ibu mendapatkan privasi.

– Penerangan yang cukup, baik siang maupun malam.

– Tempat tidur yang bersih untuk ibu. Tutuppi kasur dengan plastik atau lembaran

yang mudah dibersihkan jika terkontaminasi selama persalinan atau kelahiran

bayi.

– Tempat yang bersih untuk memberikan asuhaan bayi baru lahir.

– Meja yang bersih atau tempat tertentu unttuk menaruh peralatan persalinan.

Menyiapkan Perlengkapan, Bahan-Bahan dan Obat-Obatan Esensial

_______________________________________________________________

Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi :

– Periksa semua peralatan sebelum dan setellah memberikan asuhan. Ganti

peralatan yang rusak atau hilang dengan segera.

– Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahann sebelum dan sesudah menolong

ibu bersalin dan melahirkan. Segera ganti obat apapun yang telah digunakan

atau hilang.

– Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahhan sudah bersih dan siap pakai.

Partus set, set jahit dan peralatan resusitasi bayi baru lahir sudah dalam kondisi

disinfeksi tingkat tinggi atau steril.

Menyiapkan Rujukan

____________________

Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi penyulit, keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu dan/atau bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan dan perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

Jika ibu datang untuk asuhan persalinan dan kelahiran bayi dan ia tidak siap dengan rencana rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang keperluan rencana rujukan. Bantu mereka membuat rencana rujukan pada saat awal persalinan.

Memberikan Asuhan Sayang Ibu selama Persalinan

________________________________________________

Prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu :

– Sapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikapp dan bertindak dengan tenang dan

berikan dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.

– Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleeh ibu atau anggota keluarganya.

– Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu uuntuk hadir dan memberikan

dukungannya.

– Waspadai tanda-tanda penyulit selama perssalinan dan lakukan tindakan yang

sesuai jika diperlukan.

– Siap dengan rencana rujukan.

Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk :

– Memberikan dukungan emosional.

– Membantu pengaturan posisi.

– Memberikan cairan dan nutrisi.

– Keleluasaan untuk ke kamar mandi secara tteratur.

– Pencegahan infeksi.

Dukungan Emosional

————————

Bekerjasama dengan anggota keluarga untuk :

– Mengucapkan kata-kata yang membesarkan haati.

– Membantu ibu bernapas pada saat kontraksii.

– Memijat punggung, kaki atau kepala ibu daan tindakan-tindakan bermanfaat

lainnya.

– Menyeka muka ibu dengan lembut, menggunakkan kain yang dibasahi air hangat

atau dingin.

– Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasaa aman.

Mengatur Posisi

——————

Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan kelahiran. Anjurkan pula suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkali mempersingkat waktu persalinan. Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan. Jangan membuat ibu dalam posisi terlentang, beritahukan agar ia tidak mengambil posisi tersebut.

Alasan : Jika ibu berbaring terlentang, berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, plasenta, dll) akan menekan vena kava inferior. Hal ini menyebabkan turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini akan menyebabkan hipoksia / kekurangan oksigen pada janin. Posisi terlentang juga akan memperlambat kemajuan persalinan (Enkin, et. al, 2000).

Pemberian Cairan & Nutrisi

—————————–

Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minun air) selama persalinan dan kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan tetapi setelah memasuki fase aktif mereka hanya menginginkan cairan saja. Anjurkan anggota keluarga menawarkan ibu minum sesering mungkin dan makanan ringan selama persalinan.

Alasan : Makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan akan memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.

Kamar Mandi

————–

Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan. Ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau lebih sering jika terasa ingin berkemih atau jika kandung kemih dirasakan penuh. Periksa kandung kemih pada saat akan memeriksa denyut jantung janin (lihat/palpasi tepat di atas simfisi pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih penuh). Anjurkan dan antarkan ibu untuk berkemih di kamar mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar mandi, berikan wadah penampung urin.

Alasan : Kandung kemih yang penuh akan :

– Memperlambat turunnya bagian terbawah jannin dan mungkin menyebabkan partus macet.

– Menyebabkan ibu tidak nyaman

– Meningkatkan resiko perdarahan pasca perssalinan yang disebabkan atonia uteri.

– Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu..

– Meningkatkan resiko infeksi saluran kemihh pasca persalinan.

Selama persalinan berlangsung, tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin.

Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan jika kandung kemih penuh dan ibu tidak dapat berkemih sendiri.

Alasan : Kateterisasi menimbulkan rasa sakit, meningkatkan resiko infeksi dan perlukaan saluran kemih ibu.

Anjurkan ibu untuk buang air besar jika perlu jika ibu merasa ingin buang air besar saat persalinan aktif, lakukan periksa dalam untuk memastikan bahwa apa yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan kepala bayi pada rektum. Jika ibu belum siap melahirkan, perbolehkan ibu untuk ke kamar mandi.

Jangan melakukan klisma secara rutin selama persalinan. Klisma tidak akan memperpendek waktu persalinan, menurunkan angka infeksi bayi baru lahir atau infeksi luka pasca persalinan, malahan akan meningkatkan jumlah tinja yang keluar selama kala dua persalinan (Enkin, et al, 2000)

Pencegahan Infeksi

———————

Anjurkan ibu untuk mandi pada awaal persalinan dan pastikan bahwa ibu memakai pakaian yang bersih. Mencuci tangan sesering mungkin, menggunakan peralatan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan sarung tangan pada saat diperlukan. Anjurkan anggota keluarga untuk mencuci tangan mereka sebelum dan setelah melakukan kontak dengan ibu dan/atau bayi baru lahir.

Alasan : Pencegahan infeksi sangat penting dalam menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan keterampilan dalam melaksanakan prosedur pencegahan infeksi yang baik, akan melindungi penolong persalinan terhadap resiko infeksi.