MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”T” CALON AKSEPTOR KB IUD JENIS CU T 380 A

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”T” CALON AKSEPTOR KB IUD JENIS CU T 380 A

TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tgl pengkajian:02 juni 2007
1. Data Subyektif
a. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny.T : Tn.S
Umur : 37 tahun : 39 tahun
Agama : Islam : Islam
Pendidikan : SMP : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta : PNS
Alamat : Ngariboyo : Ngariboyo
Status Marital : 1 kali kawin lam 21 th : 1 kali kawin lam 21 th
b. Keluhan utama
Ibu datang ke klinik KB untuk pasang IUD
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit nyeri tekan perut bawah/nyeri serfiks,kencing
terasa panas,pengeluaran pus atau mukus pervaginam (Gonorrhoea,Syphilis),
penyakit tekanan darah tinggi .
2) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mederita penyakit dengan kelainan pembentukan
darah,DM,kanker atau paru-paru serta riwayat alergi pada logam.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Saat dikaji ibu mengatakan tidak sedang menderita sakit kencing manis.Sakit perut
bagian bawah/nyeri tekan, pusing-pusing,anyang-anyang,panas dingin (demam).
Gemetar atau keluar keringat dingin saat beraktifitas.
d. Riwayat obstetri
1) Haid
Menarche umur 12 tahun ,siklus haid teratur 28 hari,tidak perna nyeri perut saat
haid maupun keputihan yang berlebihan shg menimbulkan gatal dan bau.
2) Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas
– Selama kehamilan ibu teratur ke bidan,tidak mengalami gangguan/penyakit.
– Anak I,usia kehamilan 9 bln,lahir spontan di bidan,BB:3000 gr.
– Anak II usia kehamilan 9 bln,lahir spontan di bidan,BB:3400 gr,hidup tidak ada
kelainan sekarang umur 4 bulan masa nifas sehat tidak ada penyakit.
3) Riwayat KB
– Setelah kelahiran anak I ibu menggunakan KB suntik selam 3 tahun.
– Setelah kelahiran anak ke II ibu menggunakan KB IUD,krn dulu waktu ikut KB
suntuk tdk pernah mens dan BB tambah gemuk.
e. Pada kebiasan sehari-hari
1) Nutrisi
Sebelum ikut KB dan sesudah ikut KB tidak ada perubahan makan tetap 3 kl sehari
dan ibu tidak berpantang terhadap makanan.Minum 8-10 gls air putih dan teh.
2) Istirahat
Sebelum ikut KB dan sesudah ikut KB tidak ada perubahan,ibu biasa tidur siang 1,5-
2 jam,tdr mlm 8-10 jam,tidak ada gangguan kadang timbul rasa nyeri atau sakit ping
gang pada haid pertama setelah pemasangan IUD,tetapi tidak sampai menggangu pola
istirahat ibu.
3) Aktifitas
– Sebelum ikut KB
Ibu terbiasa melakukan sendiri pekerjaan rumah tangganya.
– Seudah ikut KB
Ibu sedikit membatasi aktifitas yang dirasakan berat oleh ibu tapi ibu tetp melaku
kan pekerjaan rumah tangga seperti biasanya.
4) Personal hygiene
– Sebelum ikut KB
Ibu mandi 2 kl/hr,gosok gigi 2kl/hr,keramas 3kl/hr,ganti baju 1kl/hr dan ganti cela
na dalam 2kl/hr selalu cebok setelah BAK/BAB.
– Sesudah ikut KB
Tidak ada perubahan sama dengansebelum ikut KB,hanya ibu sering ganti celana
dalam karena hari-hari pertama setelah pemasangan IUD flek-flek darah sedikit
warna hitam.
f. Pola sexual
Selama pemakaian alat kontraseosi IUD ibu mengatakn suaminya bisa menerima serta
mendukung,frekwensi senggama 1-3 kl/mg,keluhan nyeri dalam melakukan hubungan
sexual oleh pihak suami tidak begitu dipermasalahkan.
g. Latar belakang
Ibu ingin milih pasang IUD karena menurut ibu jenis KB ini sudah memesyarakat dan su
dah banyak pasangan yg memkai alat kontrasepsi ini.Klien mendapatkan persetujuan da
ri suami untuk pemakaian KB ini dan tidak bertentangan dengan adat dan budaya jawa
yang dianut oleh ibu.
2.Data Obyektif
a. Keadaan umum :Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
Tensi:120/80mmHg Rr:20 kl/mnt
Nadi : 80 kl/mnt Suhu : 36 drjt
BB : 56 kg TB : 155 cm
d. Pemeriksaan fisik
– Kepala : rambut bersih,warna hitam,tidak rontok,penyebaran merata.
– Mata : conjungtifa merah muda,sklera putih
– Hidung : bersih,simetris,tidak ada polip,tidak ada sekret,penciuman baik.
– Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,vena jugularis dan kelenjar limfe.
– Dada : Pernafasan teratur,tidak ad ronchi,tidak terdapat hiperpiogmentasi areola.
– Abdomen: tidak ada pembesaran uterus,tidak teraba massa/tumor,tdk ada nyeri te
kan pada perut bawah,tidak ad pembesran hepar.
– Genetalia
Inspeculo : Cervic tidak dijumpai pus atau mukus yang berkebihan,tidak ada perdara
han,tidak ada oedem dan varices pd vagina.
Bimanual : Tanda-tanda infeksi tidak dijumpai,seperti nyeri tekan daerah adnexa.
– Ekstremitas
Tidak ada varices ataupun oedem pada kaki,kuku tidak pucat,tidak terdapat flambing
finger.
e. Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan.
3. Diagnosa kebidanan
P20002 37 tahun,ibu calon akseptor KB IUD jenis CU T380A, anak terkecil usia 7 th de
ngan sedikit keputihan,keadaan umum baik,tidak ada kontra indikasi.
B. Perencanaan
P20002 37 th,ibu calon akseptor KB IUD Cu T380A,anak terkecil usia 7 th dengan sedikit ke
putihan keadaan umum baik,tidak ada kontra indikasi,
Tujuan : Ibu mantap menjadi akseptor IUD
Kriteria hasil : Efek samping IUD seminimal mungkin.
Intervensi:
1. Kaji oengetahuan ibu tentang efek samping IUD.
2. Lakukan pendekatan dengan teknik komunikasi terapeutik denagn bersikap simpatik ser
ta menunjukkun perhatian pada klien.
3. Persiapan klien dengan memberi tahu tentang langkah-langkah klien yang akan dilakukan.
4. Kaji pengetahuan ibu tentang efek samping IUD.
5. Persiapan peralatan yg dibutuhkan dengan prinsip septik dan antiseptik.
6. Atur pasien dengan posisi litothomi.
7. Lakukan pemeriksaan sesuai standart pelayanan dengan secara sistematif.
8. Beritahu klien tentang hasil dari pemeriksaan.
9. Diskusikan dengan klien tentang hasil pemeriksaan.
10. Memantapkan klien dengan KB IUD yg dipilihnya.
11. Beri penjelasan ulang tentang efek samping IUD yg mungkin timbul selam 3 bulan perta
ma dan cara penanggulangannya.
12. Jadwalkan klien untuk kontrol ulang 1 minggu kemudian.
13. jadwalkan untuk pemeriksaan pap smear.
C. Pelaksanaan
Tgl : 02 juni 2007 jam 14.30 WIB
Diagnosa : P20002 umur 37 th,keadaan umum ibu baik,tidak adakontra indikasi pemasang
an.
d. Evaluasi
Tgl : 02 juni 2007 jam 17.30 WIB
S : Ibu mengatakan lega setelah dilakukn pemasangan KB IUD misal tentang bermacam-
macam efek samping yg mungkin terjadi.
O : – TTV : T :120/80 mmHg
N : 82 kl/mnt
Rr : 18 kl/mnt
S : 36 drjt
– IUD terpasang
– Ibu mantap menjadi peserta IUD baru
– Keadaan umum baik
A : Ibu menjadi peserta KB IUD baru,dengan pemasangan tanpa komplikasi.
P : Evaluasi saat kontrol berikutnya mengenai efek samping dan komplikasi IUD.

Asuhan Kebidanan

berikut simulasi latihan asuhan kebidanan Online……

Selamat mencoba, terima kasih

Asuhan Kebidana Latihan

Ilmu Kebidanan

Obstetri merupakan cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan, hal-hal yang mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya (Oxford English Dictionary, 1933). Obstetri terutama membahas tentang fenomena dan penatalaksanaan kehamilan, persalinan puerperium baik pada keadaan normal maupun abnormal. Nama lain obstetri adalah mid wifery.

Tujuan obstetri yaitu agar supaya setiap kehamilan yang diharapkan dan berpuncak pada ibu dan bayi yang sehat. Juga berusaha keras mengecilkan jumlah kematian wanita dan bayi sebagai akibat proses reproduksi atau jumlah kecacatan fisik, intelektual dan emosional yang diakibatkannya.

Statistik Vital Obstetri

Statistik vital obstetri meliputi:
1. Kelahiran
2. Angka kelahiran
3. Angka fertilitas
4. Kelahiran hidup
5. Lahir mati (still birth)
6. Kematian neonatal
7. Angka lahir mati
8. Angka kematian janin (sama dengan angka lahir mati)
9. Angka kematian neonatal
10. Angka kematian perinatal
11. Berat badan lahir rendah
12. Bayi cukup bulan (term infant)
13. Bayi kurang bulan (prematur)
14. Bayi lewat bulan (post term)
15. Abortus
16. Kematian ibu langsung (direct maternal death)
17. Kematian ibu tak langsung (indirect maternal death)
18. Kematian non maternal
19. Angka kematian ibu atau mortalitas ibu (maternal death rate atau maternal
mortality).

Kelahiran

Kelahiran adalah ekspulsi atau ekstraksi lengkap seorang janin dari ibu tanpa memperhatikan apakah tali pusatnya telah terpotong atau plasentanya masih berhubungan. Berat badan lahir adalah sama atau lebih 500 gram, panjang badan lahir adalah sama atau lebih 25 cm, dan usia kehamilan sama atau lebih 20 minggu.

Angka Kelahiran

Angka kelahiran adalah jumlah kelahiran per 1000 penduduk.

Angka Fertilitas

Angka fertilitas adalah jumlah kelahiran hidup per 1000 populasi wanita usia 15-44 tahun.

Kelahiran Hidup

Tanda utama kelahiran hidup adalah neonatus dapat bernapas. Tanda-tanda kehidupan lainnya meliputi denyut jantung dan gerakan spontan yang jelas dari otot volunter.

Lahir Mati (Still Birth)

Lahir mati ditandai oleh tidak ada satupun tanda-tanda kehidupan pada saat atau setelah kelahiran.

Kematian Neonatal

Kematian neonatal terdiri atas kematian neonatal dini dan kematian neonatal lanjut. Kematian neonatal dini adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7 hari setelah kelahiran. Kematian neonatal lanjut adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup lebih 7 hari sampai kurang 29 hari.

Angka Lahir Mati

Angka lahir mati adalah jumlah bayi yang dilahirkan mati per 1000 bayi yang lahir.

Angka Kematian Neonatal

Angka kematian neonatal adalah jumlah kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Perinatal

Angka kematian perinatal adalah jumlah bayi lahir mati ditambah kematian neonatal per 1000 kelahiran total.

Berat Badan Lahir Rendah

Berat badan lahir rendah adalah berat badan lahir kurang 2500 gram.

Bayi Cukup Bulan

Bayi cukup bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan 37-42 minggu atau 260-294 hari.

Bayi Kurang Bulan (Prematur)

Bayi kurang bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan kurang 37 minggu.

Bayi Lewat Bulan

Bayi lewat bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan lebih 42 minggu.

Abortus

Abortus adalah pengambilan atau pengeluaran janin atau embrio dari uterus selama paruh pertama masa kehamilan (20 minggu atau kurang) atau berat badan lahir kurang 500 gram atau panjang badan lahir 25 cm atau kurang.

Kematian Ibu Langsung

Kematian ibu langsung disebabkan komplikasi obstetri dari kehamilan, persalinan atau puerperium dan akibat intervensi, kelahiran, dan terapi tidak tepat.

Kematian Ibu Tak Langsung

Kematian ibu tak langsung disebabkan oleh penyakit yang timbul selama kehamilan, persalinan atau puerperium dan diperberat oleh adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan. Misalnya kematian ibu karena komplikasi stenosis mitral.

Kematian Non Maternal

Kematian non maternal disebabkan oleh kecelakaan atau faktor kebetulan yang sama sekali tidak berhubungan dengan kehamilan.

Angka Kematian Ibu

Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat proses reproduktif per 100.000 kelahiran hidup.

Sebab-sebab umum kematian ibu yaitu :
1. Perdarahan
2. Hipertensi
3. Infeksi

Perdarahan

Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas perdarahan post partum, perdarahan berkaitan abortus, perdarahan akibat kehamilan ektopik, perdarahan akibat lokasi plasenta abnormal atau ablasio plasenta (plasenta previa dan absupsio plasenta), dan perdarahan karena ruptur uteri.

Hipertensi

Hipertensi yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas hipertensi yang diinduksi kehamilan dan hipertensi yang diperberat kehamilan. Hipertensi umumnya disertai edema dan proteinuria (pre eklamsia). Pada kasus berat disertai oleh kejang-kejang dan koma (eklamsia).

Infeksi

Infeksi nifas atau infeksi panggul post partum biasanya dimulai oleh infeksi uterus atau parametrium tetapi kadang-kadang meluas dan menyebabkan peritonitis, tromboflebitis dan bakteriemia.

Alasan menurunnya angka kematian ibu :
– Transfusi darah
– Anti mikroba
– Pemeliharaan cairan elektrolit, keseimbanngan asam-basa pada komplikasi-
komplikasi serius kehamilan dan persalinan.

Kematian reproduktif adalah kematian akibat kehamilan dan penggunaan teknik-teknik untuk mencegah kehamilan (teknik kontrasepsi).

Kematian Perinatal

Kematian neonatus yang terbanyak adalah :
1. Berat badan lahir rendah
2. Cedera susunan saraf pusat akibat hipoksia in utero dan cedera traumatik
selama persalinan dan kelahiran
3. Malformasi kongenital

Sumber :
Cunningham, Mac Donald, Gant. Obstetri Williams, ed. ke-18. dr. Joko Suyono & dr. Andry Hartono (penerj.). Jakarta : EGC.

Ilmu Kebidanan

PERDARAHAN ANTEPARTUM

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada jalan lahir setelah kehamilan 20 minggu.

Klasifikasi perdarahan antepartum yaitu :
1. Plasenta previa

2. Solusio plasenta

3. Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya (idiopatik)

Ciri-ciri plasenta previa :

1. Perdarahan tanpa nyeri

2. Perdarahan berulang

3. Warna perdarahan merah segar

4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah

5. Timbulnya perlahan-lahan

6. Waktu terjadinya saat hamil

7. His biasanya tidak ada

8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi

9. Denyut jantung janin ada

10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina

11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul

12. Presentasi mungkin abnormal.

Ciri-ciri solusio plasenta :

1. Perdarahan dengan nyeri

2. Perdarahan tidak berulang

3. Warna perdarahan merah coklat

4. Adanya anemia dan renjatan yang tidak sesuai dengan keluarnya darah

5. Timbulnya tiba-tiba

6. Waktu terjadinya saat hamil inpartu

7. His ada

8. Rasa tegang saat palpasi

9. Denyut jantung janin biasanya tidak ada

10. Teraba ketuban yang tegang pada periksa dalam vagina

11. Penurunan kepala dapat masuk pintu atas panggul

12. Tidak berhubungan dengan presentasi

Plasenta Previa

Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). (2)

Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu : (2)

1. Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.

2. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup

oleh plasenta.

3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir

pembukaan jalan lahir.

4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir

pembukaan jalan lahir.

Etiologi plasenta previa belum jelas.

Diagnosis plasenta previa :

1. Anamnesis : adanya perdarahan per vaginam pada kehamilan lebih 20 minggu

dan berlangsung tanpa sebab.

2. Pemeriksaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka

kepala belum masuk pintu atas panggul.

3. Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum.

4. USG untuk menentukan letak plasenta.

5. Penentuan letak plasenta secara langsung dengan perabaan langsung melalui

kanalis servikalis tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat

menyebabkan perdarahan yang banyak. Oleh karena itu cara ini hanya dilakukan

diatas meja operasi.

Penatalaksanaan plasenta previa :

1. Konservatif bila :

a. Kehamilan kurang 37 minggu.

b. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).

c. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh

perjalanan selama 15 menit).

2. Penanganan aktif bila :

a. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.

b. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.

c. Anak mati

Perawatan konservatif berupa :

– Istirahat.

– Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.

– Memberikan antibiotik bila ada indikasii.

– Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.

Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.

Penanganan aktif berupa :

– Persalinan per vaginam.

– Persalinan per abdominal.

Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :

1. Plasenta previa marginalis

2. Plasenta previa letak rendah

3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang,

kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya

sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin

pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi

kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.

Indikasi melakukan seksio sesar :

– Plasenta previa totalis

– Perdarahan banyak tanpa henti.

– Presentase abnormal.

– Panggul sempit.

– Keadaan serviks tidak menguntungkan (beelum matang).

– Gawat janin

Pada keadaan dimana tidak memungkinkan dilakukan seksio sesar maka lakukan pemasangan cunam Willet atau versi Braxton Hicks.

Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta pada implantasi normal sebelum janin lahir. (2)

Klasifikasi solusio plasenta berdasarkan tanda klinis dan derajat pelepasan plasenta yaitu :

1. Ringan : Perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda

renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar

fibrinogen plasma lebih 120 mg%.

2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan,

gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian

permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.

3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin

mati, pelepasan plasenta bisa terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.

Etiologi solusio plasenta belum jelas.

Penatalaksanaan solusio plasenta :
Tergantung dari berat ringannya kasus. Pada solusio plasenta ringan dilakukan istirahat, pemberian sedatif lalu tentukan apakah gejala semakin progresif atau akan berhenti. Bila proses berhenti secara berangsur, penderita dimobilisasi. Selama perawatan dilakukan pemeriksaan Hb, fibrinogen, hematokrit dan trombosit.

Pada solusio plasenta sedang dan berat maka penanganan bertujuan untuk mengatasi renjatan, memperbaiki anemia, menghentikan perdarahan dan mengosongkan uterus secepat mungkin. Penatalaksanaannya meliputi :

1. Pemberian transfusi darah

2. Pemecahan ketuban (amniotomi)

3. Pemberian infus oksitosin

4. Kalau perlu dilakukan seksio sesar.

Bila diagnosa solusio plasenta secara klinis sudah dapat ditegakkan, berarti perdarahan yang terjadi minimal 1000 cc sehingga transfusi darah harus diberikan minimal 1000 cc. Ketuban segera dipecahkan dengan maksud untuk mengurangi regangan dinding uterus dan untuk mempercepat persalinan diberikan infus oksitosin 5 UI dalam 500 cc dekstrose 5 %.

Seksio sesar dilakukan bila :

1. Persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak selesai dalam 6 jam.

2. Perdarahan banyak.

3. Pembukaan tidak ada atau kurang 4 cm.

4. Panggul sempit.

5. Letak lintang.

6. Pre eklampsia berat.

7. Pelvik score kurang 5.

Vasa Previa

Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban. (2)

Etiologi vasa previa belum jelas.

Diagnosis vasa previa :

Pada pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput ketuban. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika atau beberapa saat setelah selaput ketuban pecah. Darah ini berasal dari janin dan untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan tes Apt dan tes Kleihauer-Betke serta hapusan darah tepi.

Penatalaksanaan vasa previa :

Sangat bergantung pada status janin. Bila ada keraguan tentang viabilitas janin, tentukan lebih dahulu umur kehamilan, ukuran janin, maturitas paru dan pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan kardiotokografi. Bila janin hidup dan cukup matur dapat dilakukan seksio sesar segera namun bila janin sudah meninggal atau imatur, dilakukan persalinan pervaginam.

Daftar Pustaka

1. Pengurus Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Perdarahan

Antepartum. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bag. I. Jakarta.

1991 : 9-13.

2. Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N, Rambulangi J. Penatalaksanaan Perdarahan

Antepartum. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS, Ujung Pandang, 1997.

Sumber :

Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.