Menyusui

Menyusui

Artikel ini adalah mengenai proses menyusui air susu ibu untuk bayi manusia. Untuk hewan menyusui, lihat Mamalia

Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu.

Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi[1]. Para pakar masih memperdebatkan seberapa lama periode menyusui yg paling baik [2] dan seberapa jauh risiko penggunaan susu formula [3][4]

Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau oleh wanita lain. ASI juga dapat diperah dan diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok, atau pipet. Susu formula juga tersedia untuk para ibu yang tidak bisa atau memilih untuk tidak menyusui, namun para ahli sepakat bahwa kualitas susu formula tidaklah sebaik ASI [5]. Di banyak negara, pemberian susu formula terkait dengan tingkat kematian bayi akibat diare [6], tetapi apabila pembuatannya dilakukan dengan hati-hati menggunakan air bersih, pemberian susu formula cukup aman.[3]

Pemerintah dan organisasi internasional sepakat untuk mempromosikan menyusui sebagai metode terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya tahun pertama dan bahkan lebih lama lagi, antara lain WHO[7], Akademi Dokter Anak Amerika (American Academy of Pediatrics}[8], dan Departemen Kesehatan.

Laktasi

Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli, melalui saluran susu (ducts/milk canals) menuju reservoir susu {sacs} yang berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi

Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli, melalui saluran susu (ducts/milk canals) menuju reservoir susu {sacs} yang berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi

Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi.

Pengaruh Hormonal

Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara:

  • Progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran[9]
  • Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui[9]. Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
  • Follicle stimulating hormone (FSH)
  • Luteinizing hormone (LH)
  • Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan.
  • Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.
  • Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.

Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).

Laktogenesis I

Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.

[sunting] Laktogenesis II

Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II.

Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.[10]

Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.

Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan [11]. Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya[9].

Laktogeneses III

Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III.

Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula[12][13]. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI[14]. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.

Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari:

  • Kurang sering menyusui atau memerah payudara
  • Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat:
    • Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
    • Teknik perlekatan yang salah
  • Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
  • Jaringan payudara hipoplastik
  • Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI
  • Kurangnya gizi ibu

Menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi. Untuk wanita pada umumnya, menyusui atau memerah ASI delapan kali dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi pada masa-masa awal menyusui, khususnya empat bulan pertama[8]. Bukanlah hal yang aneh apabila bayi yang baru lahir menyusui lebih sering dari itu, karena rata-ratanya adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau bahkan 18 kali. Menyusui on-demand adalah menyusui kapanpun bayi meminta (artinya akan lebih banyak dari rata-rata) adalah cara terbaik untuk menjaga produksi ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang [7]. Tetapi perlu diingat, bahwa sebaiknya menyusui dengan durasi yang cukup lama setiap kalinya dan tidak terlalu sebentar, sehingga bayi menerima asupan foremilk dan hindmilk secara seimbang [15]

Refleks turunnya susu

Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya susu (milk ejection / let-down reflex). Oksitosin menstimulasi otot di sekitar payudara untuk memeras ASI keluar. Para ibu mendeskripsikan sensasi turunnya susu dengan berbeda-beda, beberapa merasakan geli di payudara dan ada juga yang merasakan sakit sedikit, tetapi ada juga yang tidak merasakan apa-apa. Refleks turunnya susu tidak selalu konsisten khususnya pada masa-masa awal. Tetapi refleks ini bisa juga distimulasi dengan hanya memikirkan tentang bayi, atau mendengar suara bayi, sehingga terjadi kebocoran. Sering pula terjadi, payudara yang tidak menyusui bayi mengeluarkan ASI pada saat bayi menghisap payudara yang satunya lagi. Lama kelamaan, biasanya setelah dua minggu, refleks turunnya susu menjadi lebih stabil.

Refleks turunnya susu ini penting dalam menjaga kestabilan produksi ASI, tetapi dapat terhalangi apabila ibu mengalami stres. Oleh karena itu sebaiknya ibu tidak mengalami stres.

Refleks turunnya susu yang kurang baik adalah akibat dari puting lecet, terpisah dari bayi, pembedahan payudara sebelum melahirkan, atau kerusakan jaringan payudara. Apabila ibu mengalami kesulitan menyusui akibat kurangnya refleks ini, dapat dibantu dengan pemijatan payudara, penghangatan payudara dengan mandi air hangat, atau menyusui dalam situasi yang tenang.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Menyusui

PERUBAHAN DALAM MASA NIFAS

PERUBAHAN DALAM MASA NIFAS

Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” yang berarti melahirkan. Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.

Selama hamil, terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem musculoskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan perubahan pada tanda-tanda vital. Pada masa postpartum perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi seperti saat sebelum hamil. Adapun perubahannya adalah sebagai berikut :

Involusi Uterus

Involusi Uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Proses involusio uterus adalah sebagai berikut :

Autolysis

Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.

Terdapat polymorph phagolitik dan macrophages di dalam system vascular dan system limphatik

Efek oksitosin (cara bekerjanya oksitosin)

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

Waktu

Bobot Uterus

Diameter Uterus

Palpasi Serviks

Pada akhir persalinan

900 gram

12,5 cm

Lembut/lunak

Akhir minggu ke-1

450 gram

7,5 cm

2 cm

Akhir minggu ke-2

200 gram

5,0 cm

1 cm

Akhir minggu ke-6

60 gram

2,5 cm

Menyempit

b. Lokia

Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi necrotic (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lokia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.

Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, seperti pada tabel berikut ini:

Lokia

Waktu

Warna

Ciri-ciri

Rubra

1-3 hari

Merah kehitaman

Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah

Sanginolenta

3-7 hari

Putih bercampur merah

Sisa darah bercampur lendir

Serosa

7-14 hari

Kekuningan/ kecoklatan

Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta

Alba

>14 hari

Putih

Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

c. Laktasi

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI), yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu yang melahirkan akan tesedia makanan bagi bayinya, dan bagi si anak akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman, tenteram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya.

Produksi ASI masih sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang menyusui juga jangan terlalu banyak dibebani urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan lainnya karena hal ini juga dapat mempengaruhi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.

Ada 2 refleks yang sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu :

1 ) Refleks Prolaktin

Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima rangsangan neurohormonal pada putting dan areola, rangsangan ini melalui nervus vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk melalui peredaran darah sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI dan merangsang untuk memproduksi ASI.

2 ) Refleks Let Down

Refleks ini mengakibatkan memancarnya ASI keluar, isapan bayi akan merangsang putting susu dan areola yang dikirim lobus posterior melalui nervus vagus, dari glandula pituitary posterior dikeluarkan hormon oxytosin ke dalam peredaran darah yang menyebabkan adanya kontraksi otot-otot myoepitel dari saluran air susu, karena adanya kontraksi ini maka ASI akan terperas ke arah ampula.

PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau glyserin spuit atau diberikan obat yang lain.

PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN

Dinding kandung kencing memperlihatkan oedem dan hyperemia. Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan abstraksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tertinggal urine residual (normal + 15 cc). Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.

Dilatasi ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat proses katalitik involusi. Acetonurie terutama setelah partus yang sulit dan lama yang disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena kegiatan otot-otot rahim dan karena kelaparan. Proteinurine akibat dari autolisis sel-sel otot.

PERUBAHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.

PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN

a. Hormon plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum

b. Hormon pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

c. Hipotalamik Pituitary Ovarium

Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.

PERUBAHAN TANDA-TANDA VITAL

a. Suhu Badan

Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C – 38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau sistem lain.

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.

c. Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.

d. Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.

PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER

Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterin. Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang secara cepat mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan.

Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300 – 400 cc. Bila kelahiran melalui seksio sesarea, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah (blood volume) dan hematokrit (haemoconcentration). Bila persalinan pervaginam, hematokrit akan naik dan pada seksio sesaria, hematokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.

Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan decompensation cordia pada penderita vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5 postpartum.

PERUBAHAN SISTEM HEMATOLOGI

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.

sumber: http://midwivesari.blogspot.com/

Manajemen Laktasi

MANAGEMEN LAKTASI

Pendahuluan

Perkembangan dan pertumbuhan bayi dan anak sangat dipengaruhi oleh ibu. Sejak masa kehamilan janin menerima nutrisi dari ibu melalui plasenta.pada masa bayi didalam tubuh ibu secara alami telah disediakan makanan yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya berupa ASI.

Banyak ahli sepakat ASI lebih unggul daripada susu formula atau susu sapi. Pada abad ke-19 beberapa studi kedokteran yang dilakukan di Eropa menunjukkan angka kematian dan kesakitan bayi – bayi yang diberikan ASI ternyata lebih rendah daripada yg diberi susu formula.

4.Payudara bengkak

Kadang payudara bengkak atau penuh,oedema ringan oleh hambatan vena atau saluran limfe akibat ASI yang menumpuk.Faktor2 yang penyebab payudara bengkak:bayi tidak menyusu dengan kuat,posisi bayi pada payudara salah sehingga proses menyusui tidak benar,putting susu datar atau terbenam.

5.Saluran susu tersumbat.

Keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu /duktus laktiferus.

6.Mastitis dan abses payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara ,bagian yang terkena menjadi merah,bengkak,nyeri dan panas,suhu tinggi kadang2 menggigil,terjadi pada minggu 1-3 setelah melahirkankarena lanjutan dari sumbatan saluran susu.

Cara mengatasinya:

  • Memberikan antibiotika dan simtomatik terhadap nyeri
  • Kompres air hangat
  • Ibu cukup istirahat dan banyak minum
  • Sebelum terbentuk abses ,menyusui tetap di berikan.
  • Apabila terjadi abses ,rujuk ke dokter bedah untuk di insisi
  • Pemberian antibiotika dosis tinggi,analgesik/anti piretik
  • Ibu harus cukup istirahat
  • Bayi dihentikan menyusu

penutup

Menyusui adalah proses alami manusia tetapi tidak sederhana seperti yang di bayangkan khalayak umum.Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan ini. Agar menyusui berhasil, setiap ibu harus percaya dapat melakukannya dengan didukung petunjuk pengetahuan dan manajemen praktek menyusui yang benar dan tepat. Persiapan dini sejak masa kehamilan hingga menyusui sangat membantu kelancaran proses menyusui secara keseluruhan.

Penggunaan ASI telah dideklarasikan sebagai gerakan nasional yang merupakan upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak.Untuk mencapai keberhasilan gerakan nasional perlu didukung oleh peran serta seluruh anggota masyarakat para ibu sebagai pelopor peningkatan kualitas sumberdaya indonesia.praktek menyusui yg baik dan benar setiap ibu perlu mempelajarinya.bukan pada ibu yang pertama kali hamil dan melahirkan tetapi juga ibu – ibu yang melahirkan anak yang ke 2 dan seterusnya.

peranan petugas kesehatan sangat penting dalam melindungi,meningkatkan, dan mendukung usaha menyusui baik sebelum, selama maupun setelah kehamilan dan persalinan.Petugas kesehatan harus mampu memotivasi , memberikan bimbingan dan penyuluhan manajemen menyusui dikalangan ibu.Dukungan tenaga kesehatan ini akan sangat menentukan suksesnya kampaye ASI disamping dukungan keluarga dan lingkungan.

Dengan mengikuti dan mempelajari pengetahuan mengenai menyusui atau laktasi diharapkans etiap ibu hamil,bersalin dan menyusui dapat memberikan ASI secara optimal sehingga bayi dapat tumbuh kembang normal sebagai calon sumberdaya manusia yang berkualitas.

A. ASI LEBIH BAIK DARIPADA SUSU FORMULA

ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4 – 6 bulan pertama kehidupan.

keunggulan ASI dibanding susu formula adalah :

1. ASI praktis,ekonomis,dan hygienis.

2.Mengandung semua bahan / zat gizi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.

3.Dapat diberikan dimana aja dan kapan s aja dalam keadaan segar, bebas bakteri dan suhu yang sesuai,tanpa penggunaan alat bantu.

4.Bebas dari kesalahan dalam penyediaan / takaran.

5.Problem kesulitan pemberian makanan pada bayi jauh lebih sedikit daripadea bayi yang mendapat susu formula buatan.

6.Mengandung imunoglobulin

7.Mencegah terjadinya keadaan gizi salah.

Sedangakan menyusui bayi mempuyai keuntungan keuntungan sebagai berikut :

1.Menyusui membantu menghentikan perdarahan setelah melahirkan.

2.Menyusui berdasarkan permintaan membantu mencegah kehamilan.

3.Menyusui baik secara kejiwaan atau psikologi bagi ibu dan bayi menimbulkan kedekatan secara emosional yang baik.

B.PRODUKSI ASI

Hari pertama setelah persalinan seringkali payudara ibu terasa kosong.air susu yang pertama kali dikeluarkan terasa sedikit disebut susu jolong/ kolostrum berwarna kekuningan.kolostrum mengandung sel darah putih dan protein imunoglobulin pembunuh kuman.kolostrum dianggap sebagai imunisasi pertama yang diterima bayi baru lahir.

1.Hormon dan Refleks yang berperan menghasilkan ASI

ASI dihasilkan oleh ekrja gabungan hormon dan refleks.Pada kehamilan terjadi perubahan hormon untuk mempersiapkan produksi ASI.setelah persalinan perubahan hormon membuat payudara menghasilkan ASI.

2hormon tersebut adalah

  • Hormon prolaktin /hormon produksi ASI dihasilkan oleh eklenjar hipofise didasar otak yang membuat sel kelenjar payudara menghasilkan ASI.Hormon ini mempunyai efek penting dalam menekan fungsi indung telur sehingga memperlambat kesuburan atau haid.
  • Hormon oksitosin/ hormon pengeluaran ASI dihasilkan dari bagian belakang hipofise hormon ini membuat otot – otot mengkerut dan memeras ASI keluar.

REFLEKS-REFLEKS MENYUSUI PADA IBU DAN BAYI

Pada saat menyusui akan terjadibeberapa refleks pada ibu an bayi yang penting pengaruhnya terhadap kelancaran menyusui.

Refelks yang terjadi pada ibu yaitu rangsangan yang terjadi sewaktu bayi menghisap putting susu diantaranya:

  1. Refleks Prolaktin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin), hormon ini akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. makin sering bayi menghisap, makinbanyak prolaktin yang lepas makin banyak pula ASI yang diproduksi. maka cara yang terbaik mendapatkan ASI dalam jumlah banyak adalh menyusui bayi sesering mungkin atau setidaknya menempelkan putting susu ibu pada mulut bayi untuk bisa dihisap bayinya.
  2. Refleks Oksitosin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin), hormon ini akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar susu dan saluranya unutk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar menuju putting susu. ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi otot ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak.

Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. biasanya perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi kadang-kadang juga menghambatnya. perasaan yang bisa menghentikan refleks oksitosin misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. ibu kesakitan pada saat menyusui atau merasa malu. refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada jauh. manfaaat refleks oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim ibu dan menghentikan perdarahan persalinan.

Refleks yang terjadi pada bayi diantaranya:

  • Rooting Refleks, bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh kearah sentuhan. bila bibirnya dirangsang atau disentuh dia akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.
  • Sucking Refleks, atau refleks menghisap. refleks ini terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-langit dalam mulut bayi. jika putting susu menyentuh langit-langit belakang mulut bayi terjadi refleks menghisap dan terjadi tekanan terhadap daerah aerola oleh gusi, lidah, serta langit-langit, sehingga isi sinus laktiferus (tempat penampungan ASI pada payudara) diperas keluar kedalam rongga mulut bayi.
  • Refleks Menelan, bila ada cairan didalam rongga mulut terjadi refleks menelan.

2. PEMASOKAN DAN KEBUTUHAN PENGELUARAN ASI

Payudara memasok ASI sebanyak kebutuhan bayi, bila bayi menghisap lebih sering, payudara akan membuat ASI lebih banyak. bila bayi berhenti menghisap sama sekali atau tidak pernah memulainya payudara akan berhenti membuat ASI.

Bila ASI tidak dikeluarkan payudara akan menghasilkan ASI lebih sedikit. agar ASi dapat dibuat terus maka penting untuk mengeluarkan ASI dari payudara.

3. PERSIAPAN LAKTASI SEJAK DINI

Persiapan menyusui perlu dilakukan seawal mungkin pada setiap wanita hamil dan para ibu hendaknya mengetahui upaya-upaya yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI/ menyusui.

KLINIK ANTENATAL

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam klinik Antenatal bagi ibu hamil adalah :

1. Gizi ibu hamil, dari konsumsi zat gizi yang masuk kedalam tubuh serta cadangan yang ada pada wanita hamil dan menyusui akan digunakan untuk aktivitas dan metabolisme tubuh ibu, dan proses pembentukan ASI, nilai kalori serta zat gizi dari ASI itu sendiri.
2. Perilaku ibu hamil
a.kecukupan istirahat
Wanita hamil sebaiknya tidur minimal 8 jam sehari, kegiatan dan gerakannya sehari-hari harus memperhatikan perubahan fisik dan mental yang terjadi pada dirinya .Diantara waktu tersebut harus adawaktu untuk istirahat (santai) guna melemaskan otot-otot.
b.Tidak merokok,minum alkohol,kopi,soda.
Termasuk menjauhi asap rokok dari orang lain.minuman kopi dan minuman soda dapat mengurangi kemampuan usus untuk menyerap kalsium dan zat besi.
3. obat-obatan

Pemakaian obat-obatan selama hamil hanya atas petunjuk bidan atau dokter, terutama menjelang persalinan perlu diperhatikan, agar tidak berpengaruh terhadap laktasi.

4. keluhan lain

A danya keluhan lain, misalnta sakit gigi /mulut,infeksi lainya.

5.Hygiene personal dan lingkungan.

Kebersihan diri dan pakaian yang nyaman perlu mendapat perhatian untuk menjaga kesehatan .pilihlah pakaian yang longgar ,ringan dan mudah menyerap keringat.

6. Pendukung

Sebaiknya selama 3bulan terakhir kehamilan,seorang ibu telah menentukan dokter yang akan mengawasinya persalinan anaknya.Kerjasama antara tenaga penolong persalinan dan dokter anak juga harus di bina.

PERAWATAN PAYUDARA

Demi keberhasilan menyusui ,payudara memerlukan perawatan sejak dini secara teratur .Perwatan selama kehamilan bertujuan agar selama menyusui kelak produksi asi cukup.tidak terjadi kelainan pada payudara dan payudara tetap baik setelah menyusui.

Pada umumnya wanita dalam kehamilan 6-8 minggu akan mengalami pembesaran payudara,akan lebih padat,kenyal,kencang,sakit dan tampak jelas di permukaan kulit adanya gambaran pembuluh darah yang bertambah serta melebar. kelenjar Montgomery pada daerah areola tampak lebih nyata dan menonjol.

Guna menunjang perkembangan payudar dalam kehamilan perlu di lakukan sbb:

1.Pemakaian BH yang tepat,sebaiknya ibu hamil harus memakai bra yang tepat dan ukuran yang sesuai dapat menopang perkembangan payudara.

2.Latihan otot-otot yang menopang payudara.

3.Hygiene payudara

Kebersihan/hygiene payudara juga harus di perhatikan ,khususnya daerah papila dan aerola .pada saat mandi sebaiknya papila dan areola tidak di sabuni.untuk menghindari keadan kering dan kaku akibat hilangnya lendir pelumas yang dihasilkan kelenjar Montgomery.Areola dan papila yang kering akan memudahkan terjadinya lecet dan infeksi.

D. HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PRAKTEK LAKTASI

Untuk mencapai keberhasilan menyusui,para ibu perlu mengetahui sedikit banyak pengetahuan tentang menyusui yang benar.

Hal-hal berikut ini merupakan beberapa hal yang perlu di perhatikan setiap ibu demi kelancaran menyusui antara lain :

1.Nutrisi ibu menyusui

Meskipun umumnya keadaan gizi pada ibu hanya akan mempengaruhi kuantitas dan bukan kualitas asinya, ibu menyusui sebaiknya tidak membatasi konsumsi makananya. Penurunan berat badan sesudah melahirkan sebaiknya tidak melebihi 0,5 kg/minggu.Pada bulan pertama menyusui, yaitu saat bayi hanya mendapatkan ASI saja (”exlusive breastfeeding period”), ibu membutuhkan tambahan kalori sebanyak 700 kkl/hari, pada 6 bulan berikutnya 500 kkal/hari dan pada tahun kedua 400 kkal/hari.

Jumlah cairan yang dibutuhkan ibu menyusui dianjurkan minum 8 – 12 gelas perhari.

2. Istirahat

Bila laktasi tidak berlangsung baik biasanya penyabab utamanya adalah kelelahan pada ibu.Oleh karena itu, istirahat dan tidur yang cukup merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi.

3. Obat – obatan

Pemakaian obat – obatan dalam masa menyusui perlu mendapat perhatian, apakah mempunyai efek samping yang positif atau negatif terhadap laktasi. Contoh obat yang dapat mengurangi produksi ASI yaitu pil KB yang mengandung hormon estrogen.

4.Posisi ibu-bayi yang benar saat menyusui

Dapat dicapai bila bayi tampak menyusui dengan benar, bayi menempel betul pada ibu mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara, mulut bati membuka lebar, sebagian besar areola tertutup mulut bayi, bayi menghisap ASI pelan-pelan dengan kuat, puting susu ibu tidak terasa sakit dan puting terhadap lengan bayi berada pada satu garis lurus.

5. Penilaian kecukupan ASI pada bayi

Bayi usia 0 – 4 bulan atau 6 bulan dapt dinilai cukup pemberian ASInya bila tercapai keadaan sebagai berikut:

a. Berat badan lahir telah pulih kembali setelah bayi berusia 2 minggu

b. Kenaikan berat badan dan tinggi badan sesuai dengan kurve pertumbuhan normal

c. Bayi banyak ngompol sampai 6 kali atau lebih dalam sehari

d. Tiap menyusui, bayi menyusu kuat (rakus).

e. Payudara ibu terasa lunak setelah disusukan dibanding sebelumnya

6. Diluar waktu menyusui

Jangan membiasakan bayi menggunakan dot atau kempeng. Berikan ASI dengan sendok bila ibu tidak dapat menyusui bayinya.

7. Ibu bekerja

Selama cuti hendaknya ibu menyusui bayinya terus. Jangan juga membiasakan bayi menyusu dengan botol bila masa cuti telah habis dan ibu harus bekerja kembali.

8. Pemberian makanan pendamping ASI

Makanan pendamping ASI hendaknya diberikan mulai usia bayi 4 – 6 bulan. BIla ibu bekerja sebaiknya makanan pendamping ASI diberikan pada jam kerja, sehingga ASI tetap diberikan setelah ibu berada di rumah.

9. Penyapihan

Menghentikan pemberian ASI harus dilakukan secara bertahap dengan jalan meningkatkan frekuensi pemberian makanan anak dan menurunkan frekuensi pemberian ASI secara bertahap dalam kurun waktu 2 – 3 bulan.

10. Klinik laktasi

Pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak harus memiliki pelayanan yang dapat meyakinkan setiap ibu dalam masa menyusui bahwa ia selalu dapat berkonsultasi untuk setiap masalah laktasi yang dialaminy. Untuk itu perlu diadakan klinik laktasi atau tenaga terlatih untuk membantunya pada sarana pelayanan kesehatan yang terdekat.

11. Kelompok pendukung ASI

Perlu dibina adanya kelompok pendukung ASI DI lingkungan masyarakat, yang dapat merupakan sarana untuk mendukung ibu-ibu di lingkungan tersebut agar berhasil menyusui bayinya, dibantu oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan tersebut. Melalui kelompok ini, ibu-ibu menyusui dapat mengadakan diskusi dan mendapat bantuan bila mengalami masalah dalam menyusui bayinya.

E. LANGKAH-LANGKAH MENYUSUI YANG BAIK DAN BENAR

LANGKAH-LANGKAH MENYUSUI

Langkah-langkah menyusui yang baik dan benar meliputi hal-hal berikut :

1. Persiapan mental dan fisik ibu menyusui

Ibu yang akan menyusui harus dalam keadaan tenang. Bila perlu minum segelas air sebelum menyusui. Hindari menyusui dalam keadaan lapar dan haus. Sediakan tempat dengan peralatan yang diperlukan, seperti kursi dengan sandaran punggung dan sandaran tangan, bantal untuk menopang tangan yang menggendong bayi.

2. Hygiene personal ibu menyusui

Sebelum menggendong bayi untuk menyusui, tangan harus dicuci bersih. Sebelum menyusui, tekan daerah areola di antara telunjuk dan ibu jari sehingga keluar 2-3 tetes ASI, kemudian dioleskan ke seluruh puting dan areola. Cara menyusui yang terbaikadalah bila ibu melepaskan BH dari kedua payudara.

3. Menyusui bayi sesuai dengan permintaan bayi

Susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya (”on demand“), jangan dijadwalkan. Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap 2-3 jam sekali. Setiap kali menyusui, lakukanlah pada kedua payudara kiri dan kanan secara bergantian, masing-masing sekitar 10 menit. Mulailah dengan payudara sisi terakhir yang disusui sebelumnya. Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.

4. Setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi seperti awal menyusui tadi. Biarkan kering oleh udara sebelum kembali memakai BH. Langkah ini berguna untuk mencegah lecet.

5. Membuat bayi bersendawa setelah menyusui harus selalu dilakukan, untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak kembung dan muntah.

Bila terjadi keadaad lecet pada puting dan atau sekitarnya, sebaiknya ibu tetep menyusui dengan mendahului pada puting yang tidak lecet. Sebelum diisap, puting yang lecet dapat diolesi es untuk mengurangi rasa sakit. Yang lebih penting dari kejadian ini adalah mencari penyebab lecet tersebut yang tentunya harus dihindari.

Keadaan engorgement (payudara bengkak) yang sering terjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang. Untuk mengatasinya, kompres payudara dengan handuk hangat kira-kira 4-5 menit, kemudian dilakukan masase dari tepi ke arah puting hingga ASI keluar. Setelah itu baru bayi disusukan. Jangan berhenti menyusui dalam keadaan ini.

F. POSISI MENYUSUI

Agar bayi dapat mengisap ASI secara maksimal usahakan bayi tampak menyusui dengan tenang, bayi menempel betul pada ibu, mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara, mulut bayi membuka lebar, sebagian besar areola tertutup mulut bayi, bayi menghisap ASI pelan-pelan dengan kuat, puting susu ibu tidak terasa sakit dan puting terhadap lengan bayi berada pada satu garis lurus.

Menyusui bayi hendaknya memperhatikan beberapa masa;lah pada bayi, sebagai berikut:

a. Bayi tidak dapat menghisap

  • Ibu harus memeras ASI

Memeras ASI harus dilakukan sebanyak (sesering) mungkin yaitu setiap kali memberi minum bayi (delapan kali sehari), hal ini ditujukan untuk menjaga pasokan ASI. Apabila hanya memeras satu atau dau kali sehari, pasokan ASi akan berkurang.

  • ASI eksklusif harus diberikan pada bayi
    Pemberian ASI bisa dilakukan dengan menggunakan cangkir (metode cup). Paling baik menggunakan cangkir yang sangat kecil atau kendi berujung. Bisa juga dengan pipet tetes atau sonde bila kondisi bayi mengharuskan. Botol dan dot tidak dianjurkan, oleh karena tidak merangsang bayi untuk bertindak aktif (mengisap).
  • Penyimpanan ASI pera
    • Di udara terbuka / bebas :6-8 jam, bila masih kolostrum bisa sampai 12 jam
    • Di lemari es :24 jam
    • Di lemari pendingin / beku :6 bulan
    • POSISIMENYUSUI DI ANJURKAN Pada bayi sumbing
  • ASI yang telah didinginkan tidak boleh direbus bila akan dipakai (unsur kekebalan akan menurun). ASI didiamkan beberapa saat di dalam suhu kamar, agar tidak terlalu dingin; atau dapat direndam di dalam wadah yang berisi air hangat.
    b. Bayi melekat kurang kuat

    Anjurkan ibu untuk menyusui dengan cara yang benar :

    * Atur posisi hingga kepala dan tubuh bayi lurus

    * Atur tubuh bayi menghadap ibu hingga hidung bayi dekat dengan puting susu

    * Dekatkan tubuh bayi hingga perut bayi menempel pada perut ibu

    * Seluruh tubuh bayi disangga dengan kedua tangan ibu

    c. Bayi menghisap kurang efektif

    Apabila puting susu terlalu besar untuk BBLR kemungkinan bayi akan sulit untuk menetek dengan sempurna. Oleh karena itu perlu membantu bayi untuk mendapatkan posisi menetek yang tepat pada payudara sehingga dapat menghisap dengan optimal.

    Memasukkan puting susu ke mulut bayi dengan benar :

    * Dekatkan bayi ke arah ibu, sentuhkan bibir bayi ke puting susu ibu.

    * Secara reflek bayi membuka mulut

    * Saat mulut bayi terbuka lebar, dekatkan bayi kemudian mulut bayi diatur sedemikian rupa sehingga sebagian besar areola payudara, terutama bagian bawah, masuk ke mulut bayi. Areola payudara di bagian atas mulut bayi terlihat lebih banyak dibanding dengan bagian areola yang ada di bawah mulut bayi.

    * Amati apakah bayi melekat dan menetek dengan benar dan efektif. Jika belum, diulangi sekali lagi.

    d. Apakah mendapat minuman lain selain ASI

    Walaupun bayi mendapatkan minuman lain selain ASI, ibu dinasehatkan harus berupaya meneteki bayi sesering mungkin, kurangi pemberian lain selain ASI, serta gunakan cangkir yang sangat kecil ketika memberi minum.

    G. MENYUSUI PADA BAYI BERMASALAH

    BAYI PREMATUR ATAU BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

    Bayi berat lahir rendah atau prematur mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah, bayi harus disusui lebih sering sedikit demi sedikit, meski waktu menyusunya tidak lama. Mula-mula sentuhlah langit-langit bayi dengan ibu jati yang bersih untuk merangsang mengisap.

    Jika bayi dirawat di rumah sakit,seringlah ibu mengunjungi,melihat,mengusap bayi dengan kasih sayang,jika mungkin di susukan langsung atau dipompa lalu di berikan mengunakan sendok atau cangkir.

    PENCEGAHAN DARI HIPOTERMIA

    Pada bayi lahir kecil/BBLR baik prematur atau cukup bulan mudah sekali kedinginan walaupun iklim panas .BBLRkedinginan akan mengunakan energi dari makanan untuk menghangatkan tubuhnya sehingga tidak cukup tersedia makanan untuk pertumbuhan.Salah satu cara yang baik adalah menidurkan bayi dengan ibu dalam selimut atau menggendong BBLRdidalam pakaiannya diantara payudara. Metode ini disebut metode kanguru

    BAYI KEMBAR

    Ibu bayi kembar di yakinan bahwa di sanggup menyusui bayinya ,mula-mula ibu dapat menyusui sekaligus berdua.bayi sebaiknya menyusu sekaligus .susuilah bayi sesering mungkin selama waaktu yang di inginkan oleh bayi,umumnya bayi menyusu kurang lebih 2o menit.

    BAYI SUMBING

    Pendapat yang mengatakan bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu tidak benar.bila bayi mengalam sumbing pada palatum molle bayi akan menyusu tanpa kesulitan

  • Posisi ibu duduk dengan vertikal /bayi tegak , untuk bayi palatoskizis sebaiknya posisi tidur sehingga putting akan jauh mencapai faring dengan demikian tidak terjadi aspirasi.
  • Pegang putting susu dan areola mamma selagi menyusui ,untuk membantu bayi mendapat ASI yang cukup .
  • Ibu jari ibu dapat membantu sebagai penyumbat celah pada bibir bayi .
  • Bila bayi menderita sumbing pada bibir dan langgit- langgit(labiopalatosziksis)ASI juga dapat dikeluarkan secara manual/pompa,sendok atau pipet, botol dengan dot yang panjang khusus ASI.

Operasi bibir sumbing dilakukan secara bertahap, operasi pertama pada bibir pada usia 3 bulan dengan persyaratan “rule of ten”. selanjutnya palatum pada usia 10-12 bulan.

Yang perlu diperhatikan dalam menyusui pasca operasi:

  1. Tidak boleh menggunakan dot, karena akan merusak hasil operasi
  2. Diet cair selama 3 minggu baik untuk bayi maupun anak

MASALAH-MASALAH DALAM MENYUSUI

  1. Puting susu datar atau tenggelam

Puting susu yang normal akan menonjol, puting susu tenggelam tidak menonjol pada saat puting susu dicubit dengan ibu jari dan jari telunjuk

Puting susu yang tenggelam tidak selalu mengalami kesulitan dalam menyusui.

Usaha-usaha yang dilakukan:

  • Usahakan puting menonjol keluar dengan cara manerik dengan tangan atau dengan menggunakan pompa puting susu.
  • Jika tetap tidak bisa usahakan agar disusui dengan sedikit penekanan pada bagian areola dengan jari sehingga membentuk dot ketika memasukkan putting susukedalam mulut bayi ,bila ASI penuh dapat diperas diberikan lewat sendok atau cangkir.

2 .Puting susu tidak lentur.

Putting susu tidak lentur akan menyulitkan bayi untuk menyusu,awal kehamilan tidak lentur menjelang persalinan akan menjadi lentur.

3.Putting susu lecet

Putting susu lecet karena disebabkan trauma pada putting susu,retak dan pembentukan celah-celah .Retak pada putting susu akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 48 jam.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

  • Kalau terasa nyeri atau lecet tidak terlalu berat masih dapat di berikan.
  • Apabila terdapat rasa nyeri hebat atau luka makin berat ,putting susu di istirahatkan sampai denganmemungkinkan untuk menyusui.
  • Selama putting susu diistirahatkan,ASI tetap di keluarkan dengan tangan.

Untuk menghindari terjadinya putting susu lecet atau nyeri beberapa hal dibawah ini:

  • Setiap kali hendak menyusui dan sesudah menyusui putting susu diolesi dengan ASI
  • Jangan membersihkan putting susu dengan sabun,alkohol,krim,obat-obatan yang merangsang kulit/ putting susu.
  • Lepaskan hisapan bayi dengan benaryaitu menekan dagu bayi atau memasukan jari kelingking ibu yang bersih ke dalam mulut bayi
sumber :